Selasa, 29 Juni 2010

KETIKA ORANG YANG TERLALU PINTAR TIBA-TIBA MENJADI BODOH

Ini bukan hukum karma seperti yang sering kita dengar dari cerita-cerita rakyat. Bukan seperti orang kaya yang sombong kemudian jatuh miskin. Bukan juga sebuah fenomena perpindahan dari daerah bodoh ke daerah pinter, atau sebaliknya. Maksudnya orang yang kelihatan pinter di daerah bodoh menjadi orang yang tampak bodoh di daerah pinter, atau orang yang ketularan pinter menjadi orang yang ketularan bodoh pada hukum berbanding lurus. Bukan, bukan itu semua. Semua kata bukan ini menunjukkan kepintaran. Sebuah proses pemecahan kategori dan penggabungan ke dalam bentuk kesimpulan. Kepintaran ini yang biasa disebut dengan ketajaman analisis. Semakin tajam pisau analisis yang digunakan, semakin dikatakan pinter seseorang. Masalah sintesis adalah masalah tanggung jawab. Manusia cerdas akan mengetahui tanggung jawabnya ketika melakukan analisis.

Ketika orang sudah memiliki pisau yang terlalu tajam, maka semuanya bisa dibabat. Seperti orang mengatakan sesuatu yang bisa dimakan. Sesuatu yang bisa dimakan belum tentu itu makanan. Ban, sendal, kaus kaki juga merupakan sesuatu yang bisa dimakan, tapi mereka bukan makanan. Sama seperti "bisa dibabat". Semuanya bisa dibabat, bahkan kata "bisa dibabat" ini mengacu kepada dua arah, segala pisau bisa digunakan untuk membabat, atau segala benda bisa dibabat dengan satu pisau.

Jika di sekeliling kita kebanyakan adalah orang bodoh, maka pisau kita bisa jadi tidak diandalkan meskipun ketajamannya tidak diragukan. Orang biasanya lebih suka menggunakan pisau lama yang tidak beresiko. Orang yang terlalu pintar di lingkungan yang terbiasa menggunakan orang bodoh, tidak akan terpakai, bahkan orang tersebut bisa merasa menjadi orang yang paling bodoh di dunia. Ketika aksi kepintarannya mulai muncul, kecurigaan dan kekhawatiran yang justru keluar. Takut orang ini akan membahayakan posisi orang-orang tumpul.

Perlu diketahui, ada perbedaan antara orang pintar dengan orang yang terlalu pintar. Orang pintar tidak selalu pintar, sedangkan orang yang terlalu pintar sudah pasti pintar. Orang pintar biasanya lebih mudah untuk menjadi robot dari orang bodoh, sedangkan orang yang terlalu pintar akan bergerak mengikuti kata hatinya, mendayagunakan otaknya secara mandiri, bukan orang latah, apalagi 'orang orderan'.

Perlu dibedakan lagi orang yang mengaku pintar dengan orang yang benar-benar pintar. Orang yang mengaku pintar bisa dipastikan dia orang bodoh. Sedangkan orang yang benar-benar pintar, bisa dipastikan memang pintar. Orang yang pintar tetapi mengekor pada orang bodoh, orang tersebut bisa dikatakan tidak bodoh, tetapi tolol alias blo'on bin guoblok.

Mencari orang yang terlalu pintar ini sulit. Jika ada, pasti berusaha disingkirkan oleh orang-orang bodoh. Orang bodoh lebih memilih orang pintar yang tolol daripada orang yang benar-benat pintar. Masih bingung? Ok, agar kesucian orang-orang yang pintar sungguhan tidak ternodai oleh tangan kotor orang bodoh, maka kita masukkan saja orang yang benar-benar pintar itu ke dalam kategori genius. Berarti harus menjelaskan lagi apa itu orang genius.

Orang genius sebenarnya juga orang pintar, tetapi memiliki dua hal yang menjadi keunggulannya dibanding orang pintar yang tolol. Pertama, orang genius selalu bekerja total, ada atau tidak ada perintah dari orang lain. Orang genius merasa bahwa apa yang harus dilakukan bukan karena orang lain, tapi lebih merupakan tanggung jawab terhadap pilihan. Kedua, orang genius mampu melihat pola dalam ketidakteraturan. Satu kata yang bisa menggantikan ciri kedua ini adalah kreatif. Kedua ciri ini saling berhubungan membentuk diri manusia genius secara utuh.

Fenomena yang terjadi sekarang ini, banyak orang yang merasa genius, mengaku genius, dan kelihatan genius. Orang-orang seperti ini biasanya adalah orang yang menghendaki kemapanan posisi pribadinya. Jika buku mengatakan bahwa meja adalah benda dari kayu yang berkaki empat, maka ia akan menolak jika kemudia ada meja dari besi. Pemikiran dari orang tolol ini jika menjadi kebiasaan akan terefleksi dalam sikap dan perbuatannya. Ini berkaitan lagi dengan pembabatan orang genius dengan pisau tumpul. Banyak orang genius yang kemudian bermunculan, justru merasa dirinya bodoh. Tekanan dan intimidasi dari orang yang mengaku genius benar-benar membuat dirinya tidak berharga. Begitu ia muncul, pras, prok, dess, dihabisi oleh orang-orang tolol yang bergaya genius.

Tulisan ini hanya sebuah bahan refleksi. Apakah Anda termasuk orang yang genius, mengaku genius atau hanya bergaya genius? Hanya diri Anda sendiri yang tahu. Bahan refleksi sebenarnya berasal dari fenomena. Fenomena yang terjadi adalah sebuah fakta. Beranjak dari sini, maka berhati-hatilah dengan orang genius yang tolol atau dengan orang goblok. Mudah-mudahan Anda tidak termasuk di dalamnya. Naudzubillah summa naudzubillah [ ", ]

Tidak ada komentar :

Posting Komentar