Jumat, 25 Maret 2011

Membaca Diri Sendiri dengan Suara Bisu

“Sekali lagi ku baca, sekali lagi pula aku menata ulang pikir dan rasa”

Kalimat ini selalu terulang seperti sedang mengagumi karya spektakuler orang lain. Padahal kalimat ini mudah saja untuk dianggap bentuk ungkapan narciss atas karya sendiri. Tapi memang bukan sedang membohongi diri sendiri jika karya seperti Suara Bisu ini selalu menggoyahkan eksistensi diri dalam ruang dan waktu.
Setiap manusia ada dalam ruang dan waktu. Setiap pengalaman yang telah dan sedang dialami membuatnya mengada. Bahkan tarikan kuat dari masa depan yang berupa visi, cita-cita, atau imajinasi, juga semakin mengikatkan manusia pada simpul tengah keberadaan diri.
Apakah ikatan yang membuat orang punya identitas dalam kehidupannya ini bersifat ketat sehingga apa yang ada benar-benar nyata ada? Iya, setiap entitas, terutama manusia memang ada. Tapi keberadaannya selalu berubah dalam ikatan kuat ruang dan waktu. Karena itulah setiap langkah kecil membawa manusia kepada keberadaannya yang baru, yang disebut sebagai mengada.
Jadi rumit ya? Memang seperti itulah manusia, ada bersama kerumitan dan kesederhanaannya sekaligus. Jika kita dapat melihat realitas diri dan lingkungan dengan kedua cara ini, yaitu rumit dan sekaligus simple, maka kita akan terbantu untuk membawa diri sendiri, termasuk menentukan diri sendiri (self determinating).
Menentukan diri sendiri memang tidak mudah. Lebih banyak kita dideterminasi oleh lingkungan. Coba rasakan seberapa besar pengaruh orang tua kita? Seberapa banyak ibu-ibu yang suka belanja digerakkan oleh apa yang dimiliki tetangga? Seberapa sering kita berubah dalam hal kriteria pasangan yang kita incar? Semua tak lepas dari determinasi orang lain atau lingkungan sekitar kita.
Namun demikian, pengaruh itu tidak bisa diingkari atau dihindari, tapi masih bisa kita olah. Mengolahnya memang juga tidak mudah. Tapi setidaknya, kita bisa belajar dari pengalaman, dari kehidupan keseharian. Seperti sebuah film tentang diri sendiri, saatnya kita memutar kembali dan menghayatinya. Dengan adanya jarak, seperti sedang menyaksikan orang lain, itu akan memudahkan kita menempatkan diri dan memilih posisi dalam kehidupan.
Tidak semua orang mudah untuk melakukan refleksi, kontempelasi atau introspeksi. Karena itu dibutuhkan cermin diri dalam bentuk kisah-kisah keseharian yang menawarkan ralitas pilihan.
Apa itu realitas pilihan? Kenyataan kita juga terdeterminasi. Kita terbiasa dengan pola hidup tertentu yang diulang terus menerus. Karena selalu dilakukan, maka kita dengan mudah mengatakan hahwa itu adalah kebenaran. Ini yang kemudian membutakan mata dan menjadikan kebenaran satu sisi itu sebagai kebenaran mutlak, seolah tidak ada kebenaran yang lain. Ketika kita menyadari bahwa di luar pola yang biasa kita jalankan ternyata ada peristiwa yang juga potensial untuk menjadi kebenaran, maka kita sedang dihadapkan pada realitas pilihan.
Apa pelajaran yang menawarkan realitas pilihan? Cerita adalah cermin yang akan mempermudahnya, membantu kita belajar dari diri yang terdalam. Karena itu, saya bermaksud membantu melalui Suara Bisu.
Suara Bisu adalah kumpulan cerita yang berisi kisah-kisah reflektif yang begitu dalam. Suara Bisu menawarkan cerita sehari-hari yang menjadi unik dengan munculnya kekuatan pilihan. Ketika orang terbiasa linear dengan kehidupannya, kisah-kisah dalam Suara Bisu memasuki linearitas itu. Namun dengan kelincahan tokoh dan alurnya, Suara Bisu menghentak dalam setiap jalan terjal ceritanya. Selalu ada realitas tandingan yang sama sekali di luar kebiasaan cara berpikir kita.
Seperti orkestrasi pertunjukan di panggung kehidupan, cerita berjudul “Titipan” menghentak dengan gebukan drum persoalan rumah tangga tentang status anak. Dilanjut dengan kisah tentang status kerja, prestise yang dituang dalam metafor drakula yang bernama “John Vo Valeck”. Begitu juga dengan cerita kesetiaan yang bernaung di bawah judul “Duaribu Limaratus Rupiah”. Seperti ritme yang menjaga tempo musik, cerita ini mengubah musik keras menjadi slow dan bernada sedih. Belum lagi belaian halus penanaman moral dari “Thomasku”. Masih banyak lagi kidung Suara Bisu yang lain, yang layak kita baca.
Hentakan Suara Bisu diharapkan menjadi cermin berefleksi untuk menyadarkan kita pada banyak pilihan hidup. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat, seperti manfaat yang Anda bayangkan. Akhirnya, selamat berpetualang dengan diri sendiri melalui Suara Bisu.

Dapatkan Suara Bisu dengan add to cart di http://nulisbuku.com/books/view/suara-bisu