Selasa, 29 Juni 2010

MASA LALU, MASA KINI, DAN MASA DEPAN SEBAGAI KEHADIRAN

Sekarang anda berada dimana? pada waktu kapan? sedang apa? Itu adalah awal dari kehidupan Anda. Bukankah kehidupan kita dimulai sejak lahir, atau bahkan sejak jaman ajali? Tidak, kehidupan kita diawali dari ketika kita memutuskan untuk berpikir, merasa dan melakukan sesuatu. Jika kita bicara tentang pijakan awal, maka ada banyak aspek dari hidup yang bisa menjadi pijakan untuk melangkah. Sebenarnya pijakan yang kita persepsikan sebagai awalan merupakan pertengahan atau akhir dari sebuah awalan. Dengan kata lain, pijakan tempat kita mengawali, tempat kita sedang menjalani dan bisa jadi akhir dari sebuah babak kehidupan adalah pijakan awal buat kita. Persepsi sebagai indikasi kesadaran akan menempatkan nama pada tempat sekarang kita berpijak. Nama itu bisa masa lalu, masa sekarang, atau masa depan. Berpijak pada masa lalu adalah berpijak pada masa sekarang dari sebuah perbuatan, berpijak pada masa depan juga demikian. Anda pusing dengan tulisan ini? Jangankan Anda, saya saja juga pusing.

Pada suatu ketika kita kadang membayangkan masa lalu yang menyedihkan dan tidak kita sadari kita melelehkan air mata. Kadang kita juga tiba-tiba tertawa ketika kita ingat ulang tahun kita yang dirayakan dengan menceburkan kita ke kolam ikan yang keruh dan penuh dengan lele dumbo. Sebenarnya masa lalu punya kekuatan pendorong untuk terjadinya sesuatu di masa berikutnya. Jika kenangan itu hadir pada masa sekarang, maka masa lalu punya kekuatan untuk terjadinya tangisan atau tawa. Bagaimana masa lalu punya kekuatan mendorong? Itu karena kitalah yang menarik masa itu untuk hadir di masa kini.

Coba kita putar ke masa depan. Kadang kita tersenyum saat membayangkan kita menjadi kakek atau nenek dengan cucu yang bermain di halaman. Tiba-tiba kita memperingatkan mereka, "Eh, jangan main terlalu jauh!", "Awas, entar jatoh lo!". Terus kita tersenyum. Kekuatan apa yang membuat kita tersenum dan menangis di masa depan? Kekuatan imajinasilah yang melakukan. Kata orang masa depan punya kekuatan yang menarik kita. Seperti kata orang fungsionalis, bahwa perbuatan kita dituntun kepada suatu fungsi dari perbuatan. Jika ditujukan pada sesuatu, maka sesuatu itu punya nilai yang disebut fungsi buat yang berbuat. Sebenarnya bukan tarikan kekuatan yang kita dapat dari masa depan, tapi kehadiran masa itu pada masa kini.

Melihat kedua fakta tersebut, maka penghayatan dari masa lalu dan kejelasan imajinasi di masa depan sama-sama punya kekuatan. Bagaimana kekuatan itu bisa aktual? Maka kehadiran di masa kinilah jawabannya.

Memang kehadiran masa lalu yang katanya sebagai pendorong dan kehadiran masa depan yang katanya berfungsi untuk menarik, tidaklah sesimple seperti garis yang menghubungkan kedua kutub dengan melalui masa kini. Namun demikian, pemikiran soal garis sebagai tempat berpijak sebenarnya sama seperti sirkus yang meniti tali yang direntangkan di ketinggian. Hidup tidak sesimpel garis seperti pada tali yang linear, tapi juga tidak sesulit seperti meniti tali di ketinggian. Jika kita mau berpikir agak luas, maka bisa jadi papan yang kita lewati. JIka mau lebih mudah, maka kita bisa melewati lapangan yang terbentang. Soal ketinggian, bisa menjadi lebih mudah ketika ternyata lapangan itu bukan hanya bisa dilewati secara mendatar, tapi juga bisa kita lalui secara vertikal. Maka akhirnya kehidupan itu bertambah luas, bertambah besar volumenya dan yang jelas semakin memudahkan kita melangkah. Lalu apa yang akan kita pilih, berjalan di tali yang kecil atau berjalan dalam ruang yang membebaskan kita untuk ke atas, bawah, kanan, kiri, depan, atau belakang. Jika ada pilihan yang memudahkan maka kenapa harus pilih yang susah?!

Tidak ada komentar :

Posting Komentar