Kamis, 01 Juli 2010

Fasilitasi Bus

Gathering Departemen PPP. Amanah yang dipegang adalah refreshing dengan kegiatan rafting yang sekaligus ada proses fasilitasi untuk pengembangan departemen. Tidak ada waktu di lokasi, kecuali hanya aktivitas rafting. Karena itu, fasilitasi hanya bisa dilakukan di dalam bus. Inipun hanya mungkin dilakukan pada waktu perjalanan berangkat saja, karena pada waktu pulang bisa dipastikan semua penghuni bus akan letih dan lebih suka menikmati mimpinya sebagai pengobat kelelahan berkecipak berjam-jam denan air.

Ide-ide kreatif muncul bertubi-tubi, menampar-nampar tak mau kalah dengan terjangan angin yang mengantarku dari Prambon menuju Surabaya, kota tercinta. Beberapa hal yang liar membuahkan kecemasan akan kesiapan peralatan yang mendukung kelancaran proses fasilitasi. Membayangkan kertas putih, warna-warni spidol dan metaplan, juga pemberdayaan alat yang dimiliki peserta sampai pada adanya Bu Nurul yang hobi membuat dan membaca puisi.

Skenario fasilitasi akan diceritakan sembari langsung bercerita di lapangan, seperti halnya penemuan ide-ide liar sepanjang menyusur aspal. Fasilitasi ditahan sejenak untuk menunggu seluruh penghuni bus memasuki ruangan. Tinggal satu orang yang harus dijemput di Bundaran Waru. Dari titik di bawah tol dimulai aksi fasilitasi jalanan di dalam bus.

Energizing singkat menjadi pilihan agar tidak terlalu panjang memakan waktu, tapi masih mujarab untuk menggenjot semangat. Semua peserta membuat jawaban atas sapaan PPP[1], yang merupakan nama departemen. Inspirasi dari kegiatan gathering dari departemen PIO[2] memunculkan jawaban ye ye ye… Beberapa kali diuji coba, jadilah ini sebagai yel-yel untuk menyemangati proses dan berfungsi juga untuk menarik perhatian.

Setiap orang dibagi kertas berwarna atau sebut saja metaplan. Di kertas tersebut, semua menuliskan segala hal yang tersirat di benak dan atau mencerminkan departemen PPP. Mendaftar kata kunci adalah hal yang harus dilakukan. Dalam waktu satu menit, semua beraksi dan berakhir bersama. Ok lah, kita tambah waktunya satu menit lagi. Nulis di atas bus yang sedang melaju bergoyang memang susah.

Hasilnya bermacam-macam. Ada yang cuma dapat tiga. Menurut dia, memang tidak ada hal lain selain yang dia tulis. Sementara ada yang sampai dapat 18 biji kata-kata. Ini karena dia sering melakukan speed test, sehingga dia menyangka permainan ini seperti itu. Tapi tidak apa-apa, berarti dapat diasumsikan beliau ini paham banget dengan Departemen PPP. Sebagai contoh kasus, dua perolehan ekstrim ini diminta untuk membacakan.

Berapapun perolehannya, setiap orang diminta untuk menandai, kata-kata kunci mana yang berkonotasi positif, negatif, atau netral. Sekarang kita telah memperoleh paling tidak modal tentang kekuatan Departemen PPP. Sebagai bentuk review sederhana, peserta ditanyai, lebih banyak mana yang positif atau negatif, atau netral. Ternyata masih banyak yang positif. Syukurlah.

Aktivitas baru adalah memasuki dunia di masa depan. Setiap orang akan pergi menggunakan pesawat mesin waktu menuju tahun 2020. Mereka menyaksikan banyak perubahan di sepajang perjalanan itu. Hingga sampailah mereka ke tahun di masa depan itu. Mereka diminta untuk menyaksikan apa yang terjadi di depan mata mereka tentang Fakultas Psikologi Unair dan Departemen PPP.

Sekarang, mereka diminta untuk membuat surat cinta kepada Departemen PPP. Isi surat cinta bersumber dari hal positif menjadi pujian, hal negatif menjadi kritikan dan impian menjadi harapan terhadap Departemen PPP. Sebagai orang yang dicintai, pasangan kita harus menjadi baik, lebih baik dan terbaik. Kritikan memberikan masukan, hal positif diapresiasi dan tentu saja ke depannya kita punya harapan buat yang kita cintai.

Surat cintapun telah dibuat. Isinya beraneka ragam dan sangat menarik. Rata-rata mereka menulis secara panjang lebar. Hanya beberapa saja yang menuliskan singkat dan lebih bersifat menularkan semangat. Semua aktivitas tersebut berkenaan dengan departemen, baik kondisi yang dipersepsikan anggotanya, maupun angan-angan terhadapnya di sepuluh tahun ke depan.

Sekarang melangkah menuju kekuatan anggota Departemen PPP, dan nanti juga bagaimana kekuatan itu diberdayakan. Karena di dalam bus, maka aktivitas awal dibuat secara berpasangan. Caranya menarik, tiap orang mengeluarkan hp nya. Dan untungnya, semua hp bisa digunakan untuk memotret. Setiap orang saling memotret pasangannya. Mereka diberikan kebebasan untuk bergaya dan berekspresi.

Hasil fotonya dijadikan modal untuk bercerita. Cerita yang dibagi adalah tentang orang yang ada di dalam foto. Karena setiap orang akan bercerita tentang fotonya, maka mereka diminta untuk bertukar hp (untuk sementara. Nanti dikembalikan lagi).

Menggunakan gambar atau foto di hp, setiap orang cerita tentang: bagaimana ciri khas atau keunikan orang yang ada di gambar, bagaimana cara dia bekerja, siapa atau orang yang bagaimana yang paling sesuai berpartner dengan dia. Teman yang mendengarkan cerita mencatat beberapa hal menarik yang ia dengarkan.

Fasilitasi terpotong sampai di sini. Beberapa peserta mabok dan ada permohonan untuk tidak ada aktivitas menulis. Sampai paling ekstrem meminta untuk menghentikan proses. “wayahe turu” kata salah satu dari mereka.

Namun demikian, jika aktivitas tersebut berlanjut, maka ceritanya akan seperti ini:

Beberapa hasil catatan menarik dari teman yang mendengarkan cerita tentang orang yang ada di dalam foto terdiri dari kekuatan atau kelebihan yang dimiliki orang tersebut, kesesuaian kondisi pekerjaan dan partner kerja. Dengan kata lain, lingkungan seperti apa yang mendukung optimalisasi atau aktuailisasi kekuatan yang ia miliki.

Sebagai penyela yang fresh, semua menyanyikan lagu KITA dari Sheila On 7. Lagu tersebut digunakan untuk menyatukan semua kekuatan. Maksudnya, jika kekuatan tersebut dijadikan satu, maka kaan jadi seperti apakah PPP. Gubanan lagu dibuat secara berkelompok denan anggota 4-5 orang. Ini menyesuaikan dengan jumlah orang dalam tempat duduk. Diharapkan jumlah ingi mempermudah dialog kelompok antara satu deret tempat duduk.[3]

Setelah tiap kelompok menyanyikan lagu, sekarang giliran Bu Nurul[4] beraksi. Beliau membanyakan puisinya tentang pengabdian. Semua peserta terkagum dan bertepuk tangan meriah untuk Bu Nurul. Sekarang peserta membuat puisi serupa, yaitu tentang pengabdian. Tiap kelompok membuat puisinya bermodalkan kekuatan masing-masing orang dalam kelompok. Bagaimana pengelolaan kekuatan itu sehingga mewujudkan bayangan Fakultas Psikologi seperti di tahun 2020. Begitu juga kontribusi Departemen PPP terhadap Fakultas, serta kontribusi tiap orang kepada Fakultas Psikologi Unair melalui departemen.

Time to Show. Setiap kelompok memebacakan puisinya. Mereka dipersilahkan mengatur bagaimana membaca yang indah. Hasilnya, ada yang membaca secara bersama-sama dengan irama yang mereka ciptakan, ada yang sebagian bersenandung dan menggunakan lagu, serta ada juga yang diwakili satu orang dan kelompok yang lain membuat back sound-nya.

Puisi yang dibacakan ini sebagai bentuk deklarasi tiap anggota Departemen PPP dalam mewujudkan Fakultas Psikologi Unair seperti yang diimpikan. Mereka menegaskan akan berkontribusi secara bersama melalui departemen.



[1] Nama salah satu departemen di Fakultas Psikologi Unair, Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan.

[2] Nama salah satu departemen di Fakultas Psikologi Unair, Departemen Psikologi Industri dan Organisasi

[3] catatan: bagian ini mungkin tidak seperti ini kejadiannya. Ini hanya mencari jembatan yang pas untuk keseluruhan proses. Jadi agak lupa-lupa ingat.

[4] Wakil Dekan I Fakultas Psikologi Unair