Selasa, 03 April 2012

Secangkir Kopi Presence

Dengan secangkir kopi, kita lepas sejenak lelah, penat dan beban diri. Kopi bisa menjadi simbol santai, energi dan prestise. Kali ini yang akan kita bahas kopi sebagai cara menyatu dengan diri, hadir kini dan di sini.


Sumber Gambar: Koleksi rudicahyo


The past is history, the future’s mystery, the present is a gift – that’s why it’s called the present
(Guruh Oogway).


Semalaman sulit tidur. Baru saja mau merebahkan diri, Bintang terus saja merengek. Sepertinya hidung buntu dan batuknya menjadi pemicu. Sakit membuatnya sulit makan. Karena sulit makan, maka malamnya jadi kelaparan, Karena kelaparan, maka merengek minta disusui. Ini karena makan makanan juga sulit. Ketika menyusu, hidungnya mampet dan batuknya tak mau berhenti. Maka itulah yang membuatnya merengek semaleman.

Suasana mengantuk terus berlanjut, bahkan ketika aku masih di jalan. Akibatnya, hampir saja motorku berciuman dengan kendaraan tetangga. Kalau nyium pengendaranya sih tidak masalah. Eh, masalah ding, lha wong yang mengendarai emak-emak hehehe.

Pagi-pagi langsung geber mengajar Kuliah Filsafat Pendidikan. Masih kebayang kopi panas yang baru sempat diseruput sedikit. Bayangan itu melayang-layang di awang-awang, karena mata ini juga terus menyipit. Maka aku rencanakan ngopi di kantin pasca kuliah usai.

Sebelum berlanjut ke cerita ngopi, ada kisah penyela. Belakangan ini, mulai dari Senin kemarin, sebenarnya aku diminta untuk segera kembali ke belakang meja. Aku membayangkan begitu mudah, karena itulah ku bilang 'iya'. Ternyata kenyataannya tak gampang. Kaki berat melangkah ke ruang kerja yang dibatasi tembok berukuran sekitar 4x4 m2. Apalagi aku sudah serem banget membayangkan berada di belakang meja dan anteng di kursi. Aku tetap aku yang butuh keberanian untuk menjadi bebas.

Nah, karena masih dalam masa menghimpun keberanian untuk menguatkan kembali "this is ME", maka aku sering memikirkan strategi untuk kembali atau sekalian saja lepas sebagai diri. Belakangan ini, berbagai aktivitas santai masih saja selalu terpengaruh oleh pemikiran tentang hal ini.

Apa kaitannya dengan ngopi hari ini?

Aku pesan kopi secangkir. Sementara itu aku tinggal pergi, karena ada sms bahwa aku harus mentransfer sejumlah uang untuk keperluan tertentu. Bagian ini tak boleh ditunda. Meski boleh jadi dibilang merusak rencana menikmati kopi, tetap harus ditinggal sejenak. Apalagi kopinya juga masih akan dibuatkan oleh Bu Kantin.

Urusan duit dan bank sudah selesai. Aku kembali siap menerkam kopiku.

Duduk santai di kantin yang kebetulan sepi cukup membantu. Aku yang biasanya lebih suka memilih bercengkerama dengan orang lain, ketika sendiri dan ada yang juga duduk agak jauh di sudut sana, memang agak terusik, ingin mengajak ngobrol orang lain. Tapi ku tarik nafas dan ku biarkan diriku tetap bersama kopiku.

Aku sudah mulai tak terlalu menghiraukan lingkungan, kecuali aku dan kopiku. Apakah aku sudah bisa hadir hanya bersama kopi? Ternyata masih belum. Aku masih dicolek-colek urusan kembali ke ruangan. Kembali ku tarik nafas dan memegang gelas kopi yang hangat. Ku hirup aromanya dengan hirupan panjang. Ku seruput dan kurasakan manis pahitnya. Sejenak aku kembali utuh sebagai diri.

Tak langsung ku tandaskan kopi. Sebagaimana ngopi dan bersantai. Ku minum perlahan dan sedikit demi sedikit. aku pandang apa yang ingin ku pandang. Aku lakukan apa yang ingin ku lakukan. Iya, di situ, di tempat itu, di kantin. Ada seorang bocak kecil lucu, cucu ibu kantin. Aku bermain dengan dia sambil menikmati kopi. Sejenak ingat kepada Bintang. Ada rasa rindu, tapi harus bertahan untuk menunggu waktu kuliah sore hari. Kembali aku reguk kopi untuk mendapatkan sensasi pahit manis dan hangatnya.

Aku cuma ingin setiap saat minum kopi. Artinya, bukan berarti aku kebanyakan ngopi, entar kembung lagi hehehe. Aku ingin mentransformasikan minum kopi ini dalam kehidupan setiap saat, setiap detik, setiap helah nafas dan di setiap jengkal, di semua tempat.

Orang jawa bilang ini adalah budaya medang. Sepertinya budaya ini sederhana, hanya sekedar minum kopi atau teh di warung atau teras rumah. Tapi makna dari medang sangat dalam. Medang berarti melepaskan beban dan pikiran. Medang berarti menikmati kehadiran diri saat itu di tempat itu. Medang menjadi lahan untuk bersyukur, menyadari setiap titik kecil karunia. Medang juga mengasah kesadaran kita akan kebetulan-kebetulan (coincidences).

Buat otak, ngopi (dalam hal ini medang) juga efek positif. Ngopi mengaktivasi selauruh bagian otak, menyebarkan impuls ke segala arah, membuat semua berfungsi dan dioptimalisasi. Bayangkan otak kita yang katanya hanya termanfaatkan 8% bisa lebih dioptimalkan lagi. Pasti kita jadi orang yang super duper genius.

Kita terbiasa hidup dengan rutinitas, termasuk rutinitas yang membuat penat, jenuh bahkan yang menjengkelkan. Hadir dengan kopi atau teh yang tersaji membuat kita sejenak bersantai. Kegiatan ini melepaskan kita dari kebiasaan sehari-hari. Ini adalah jeda yang membuat kita menyadari kehadiran kita di dunia. Menyadari kehadiran diri secara utuh, mengasah kepekaan kita akan peristiwa, membuat kita lebih mudah menyadari realitas. Ini sama saja mengasah empati terhadap lingkungan, sehingga kita jadi lebih peduli.

Ada banyak manfaat di balik sajian kopi. Karena itu, sering-seringlah ngopi, dalam arti mentrasformasi kegiatan ngopi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, sesering mungkin carilah cara untuk bersantai, sehingga kita bisa hadir di waktu ini dan di tempat ini, present.

 
Sumber Gambar: forum.chip.co.id

Bagaimana dengan aktivitas 'ngopi'mu?

6 komentar :

  1. wah cinta kopi banget ya.... kalau saya sih paling ya g terlalu sih sekarang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo medang bersama Mas. Tidak harus kopi kok :))

      Hapus
  2. medang bisa masuk di kegiatan semacam relaksasi nggak sih mas? atau waktu shalat, dimana kita "berhenti sejenak" dari kehidupan duniawi dan benar2 fokus menghadap Tuhan.
    etapi medang kok jadinya shalat? ehehhe

    BalasHapus
  3. ternyata kita sama-sama pengagum kopi ya pak ;)

    BalasHapus