Selasa, 29 Juni 2010

BELAJAR DARI KUE APEM

pada suatu ketika, aku sedang berkunjung ke rumah seorang teman. Di situ disuguhi kue apem. Aku lihat kue itu berbentuk bulat. Saya tanya kepada teman bagaimana rasa kue apem tersebut. Kebetulan temanku memang sudah memakan satu kue itu. Sebelum temanku menjawab, aku sudah menggigit bagian kecil dari apem itu. Manis, hal yang pertama terlintas di pikiranku. Pemikiran pertama adalah tentang rasa. Aku teruskan memakan kue itu. Empuk hal kedua yang terlintas di pikiranku. Pemikiran kedua adalah tentang tingkat keras atau lunaknya kue. Selanjutnya kue apem sudah mendapatkan konsep manis dan empuk.

Sebuah proses belajar telah terjadi ketika apem mendapatkan atribut manis, atribut empuk dan atribut manis dan empuk. Belajar tidak hanya sekedar memindahkan teks ke dalam simbol yang terperi, mengubah bentuk apem menjadi apem. Seperti juga orang yang membaca tulisan dan memindahkan tangkapan visual menjadi simbol-simbol dalam otak. "Apem adalah sebuah kue" akan lebih bermakna daripada "apem – adalah – sebuah – kue". Hal ini sama saja ketika apa yang didapat tentang apem, yaitu rasa manis dan empuk. Ketika suatu saat kita mendengar kata apem, atau melihat kue apem, dalam pikiran kita bukan "apem" atau juga bukan bentuk kue apem. Pikiran kita sudah mampu mengidentifikasi bahwa apem adalah kue berbentuk bulat, berasa manis dan empuk. Meskipun sebenarnya bisa jadi apem berbentuk kotak, berasa pahit dan terasa keras.

Akhir dari dialog itu aku mengatakan, "Jika kita berbicara masalah rasa, yang ada hanya neg, bosan, atau muntah, tapi jika kita berbicara pengetahuan tentang rasa, maka tidak akan ada habisnya" [*]

Tidak ada komentar :

Posting Komentar