Selasa, 29 Juni 2010

arti pilihan

berawal dari cengkerama obrolan ngalor ngidul, muncul pertanyaan dari seorang teman, sebut saja sherly (nama sebenarnya).

Sherly: Mas, kalo kamu suka sama orang, apakah sayangmu diberikan semuanya?

Aku: kalo pertanyaannya suka, ya yang aku berikan adalah sukaku semuanya. Tapi kalo pertanyaannya sayang, maka aku berikan sayangku semuanya.

Sherly: Mas ga takut sakit?

Aku: sakit?

Sherly: maksudnya sakit hati

Aku: kenapa harus takut? Kalo ga mau sakit hati, emang iya lah. Siapa sih orang yang mo sakit hati. Tapi kalo takut, ya buat apalah. Toh emang hidup kalo ga ketawa ya menangis, kalo ga senang ya sedih. Tapi bukan berarti dikotomis seperti itu sih.

Sherly: lha terus?

Aku: ya ada kalanya emang kudu menikmati kesedihan, atau menangisi kebahagiaan. Semuanya jg tergantung makna yang dilekatkan

Sherly: bisa seprti itu ya Mas? Trus soal sakit hati tadi, Mas pernah ngalami?

Aku: sering

Sherly: oh ya?!

Aku: mangkannya itu, aku udah terbiasa kali ya. Ada perubahan dari menganggap sakit hati sebagai penderitaan hingga menjadi sakit hati sebagai bagian dari hidup, seni menjalaninya.

Sherly: Mas berani juga ya?!

Aku: berani? hehehehe... bukan gitu. Setiap pilihan ada konsekuensinya. Jika km memilih A maka B, C, D merupakan lingkup yang mempengaruhi ketika pilihan disajikan. Tetapi ketika keputusan diambil, maka yg lain tidak lebih dari bunga2nya. Jalani aja pilihanmu, toh km jg ga akan bisa membandingkan dengan pilihan yang lain yg sudah terabaikan.

Sherly: tapi kok masih banyak orang yg menyesali pilihan ya Mas?

Aku: itulah arti dari konsistensi pilihan dan konsekuensinya. Sebernya mereka rugi, karena hanya bisa membandingkan dengan rekaannya, bukan senyatanya. Mereka hanya membandingkan pilihannya (misalnya A) dengan B', C', D' dll yang hanya rekaan, bukan B, C, D dst yang sesungguhnya. Rugi kan?!

Sherly: iya jg ya Mas. Trus kalo milih cewe neh ya Mas. Kalo tiba2 ada yg lebih cantik gitu gimana dg pilihan kita?

Aku: itu lah pilihan, ttp ada konsekuensinya. Hanya saja, apakah kita bisa konsisten dengan itu. Kalo kita memilih sesuatu yang lebih, terus gimana sesuatu yang kurang. Sedangkan semuanya ada kelebihan dan kekurangannya masing2. Bisa jadi kita mengingkari seseorang karena kekurangannya dan kita memilih sso yg menurut kita lebih. Gimana perasaan kita jika ternyata orang yg kita anggap lebih itu jg lebih memilih orang lain yg dianggap lebih? Kesenangan atau kebahagiaan itu bisa dibangun, diciptakan, toh dialog terciptanya kebahagiaan jg bisa dibentuk dari diri kita sebagai pusat, meskipun lingkungan jg berpengaruh. Tapi paling tidak naluriah kita yg egosentris ttp memegang peranan. Jadi kebahagiaan atau kesenangan kita ttp ada pada diri kita, tergantung bagaimana kita memaknai sst

Sherly: ok deach Mas. Lain kali disambung ya?!

Aku: Ok

2 komentar :