Rabu, 22 Juni 2011

Membuat Cerita Itu Sulit? Ayo Kita Sederhanakan!

Sekarang kita akan lanjutkan pembahasan tentang bercerita dan membuat cerita. Untuk pembahasan level kedua ini, mari kita belajar membuat cerita.

Membuat cerita sama dengan pekerjaan people helper yang lain, yaitu membantu mewujudkan atau mengubah kondisi dari seseorang. Pengubahan kondisi ini bisa diarahkan atau hanya berupa tuntunan dengan stimulasi yang inspiratif. Nah, cerita lebih bersifat menginspirati, tidak menggurui maupun memaksa untuk berubah. Itupun, sifat cerita juga berbeda-beda, ada cerita yang kea rah mengarahkan atau bertujuan menginspirasi.

Terjebak dalam tujuan inilah yang menjadikan sulit dalam membuat cerita. Fokus kepada tujuan, sudah pasti harus. Akan tetapi, banyak orang yang kurang bersabar dalam pencapaian tujuan itu, sehingga ceritanya jadi instant. Seperti berbagai makanan instant yang mudah cara mengolahnya dan cepat juga memenuhi hasrat untuk kenyang. Tapi rata-rata makanan instant itu kurang baik kandungannya dan bisa jadi cepat membuat lapar kembali. Namun demikian, tujuan tetap harus dipegang dan jangan sampai lepas dalam keseluruhan cerita, setiap detil cerita.

Teringat waktu membuat cerita tentang “Aku Sayang Ibu”. Cerita ini berkisah tentang seekor lebah yang bernama Libi yang membenci ibunya gara-gara tidak berhasil mencapai garis finis saat berlomba lari dengan teman-temannya. Libi yang diakui punya kecepatan terbang yang tinggi jadi malu karena gagal, dan kesalahan ini ditimpakan kepada ibunya yang dianggap mengahalanginya saat menyuruhnya makan.

Pemulihan rasa sayang Libi kepada ibunya ini tidak harus dengan menyuruhnya untuk sayang atau menasehatinya secara frontal, baik yang dilakukan oleh ibu maupun tokoh yang lain. Cara halus untuk mengubahnya bisa dengan menggunakan titik balik peristiwa. Dalam cerita “Aku Sayang Ibu”, titik baliknya adalah dilepasnya gips penyangga tulang Libi yang pada waktu kecil pernah patah. Ibunya hanya menginginkan Libi cepat pulih, sehingga dia rajin mengawasi, memintanya makan dan menemani berlatih lari. Nah, seperti itulah tujuan difokuskan dan tetap dipegang dalam keseluruhan cerita.

Lalu bagaimana mencapai tujuan itu? Tentu ada keterampilan yang harus dibangun dari tokoh utama dalam cerita. seperti pada pemunculan insight dalam cerita “Aku Sayang Ibu”, membangun keterampilan juga dilakukan dalam bentuk titik-titik peristiwa. Di cerita dengan tokoh lebah ini, pembentukan keterampilan yang dimaksud adalah proses pemulihan rasa sayang Libi kepada ibunya.

Peristiwa Libi mendorong ibunya saat tidak suka ditemani ketika latihan berlari, sehingga makanannya jatuh berantakan adalah contoh peristiwa yang mengasah keterampilan. Saat Libi mengetahui bahwa ibunya begitu perhatian akan kondisi lengannya yang sejak kecil ternyata patah, saat itulah berbagai kisah yang pernah dilalui mampu mengembalikan rasa sayang Libi kepada ibunya. Kejadian ketika Libi mendorong ibunya yang semula hanya peristiwa biasa, kemudian menjadi peristiwa yang mampu mendatangkan pelajaran bagi Libi.

Bagaimana keterampilan itu bisa diolah? Membutuhkan stimulus yang berupa persoalan yang melecutkan dibutuhkannya keterampilan itu untuk diasah. Dari cerita “Aku Sayang Ibu”, peristiwa pelecutnya adalah kegagalan Libi memenangkan adu lari saat bermain bersama teman-temannya. Pada waktu itu ibunya yang selalu mengontrol kondisi kesehatan Libi menawarinya makan siang, karena sejak pagi belum makan. Peristiwa ini membuat Libi tidak suka dengan ibunya, terutama jika ditemani ketika berlatih lari untuk persiapan olimpiade. Libi menanggap kehadiran ibunya tidak berarti, bahkan menjadi masalah yang menghambat keberhasilannya.

Keselruhan sharing cerita “Aku Sayang Ibu” itu tadi sebenarnya adalah alur pembuatan cerita yang oleh George W. Burn disusun dengan urutan H K M (Hasil, Keterampilan, Masalah). Jadi dalam membuat cerita berkebalikan dengan bercerita. Dalam menyajikan cerita, urutanya adalah M K H (Masalah, Keterampilan, Hasil).

Jadi untuk mudahnya, dalam membuat cerita, 1) Tentukan tujuan dan tetap fokus kepadanya, 2) Membangun atau mengelola keterampilan, 3) Masalah yang membutuhkan pengelolaan keterampilan untuk pencapaian tujuan. Mudah kan membuat cerita? Selamat membuat cerita Anda!

Info penting: Nantikan cerita AKU SAYANG IBU di web Indonesia Bercerita.

2 komentar :