Jumat, 10 Juni 2011

Stand up Please!

Ini soal ‘berdiri’. Loh apa maksudnya? Iya, kali ini saya ingin berbagi cerita tentang berdiri. Berdiri yang kali ini berbeda, yaitu berdiri yang dikelola jadi cara yang unik dan menarik untuk membantu proses belajar.

Kejadiannya adalah pada hari Minggu, 22 Mei, saat workshop karier di Fakultas Psikologi Unair. Setiap seminggu sekali saya mengisi satu materi untuk empat gelombang peserta di setiap minggunya. Di setiap pertemuan itu, selalu diawali dengan aktivitas yang fresh sekaligus mampu menggali pengalaman selama proses workshop.

Aktivitasnya pun beda-beda di setiap minggunya. Minggu pertama menggunakan permainan memindahkan benda sambil bernyanyi (“siapa yang bisa memindahkan ini?”), minggu kedua menggunakan “pesawat cinta”, dan yang minggu ketiga dan keempat dengan melakukan “stand up please!”.

“Stand up Please!” dilakukan dua kali karena kedahsyatan efeknya. Ini sebenarnya cara lama untuk energizing ketika kondisi peserta sebuah workshop atau pelatihan sedang ngedrop. Entahlah siapa orang cerdas yang telah menciptakannya.

Caranya mudah, saya mengatakan “Stand up please!”, dan peserta harus segera meresponnya dengan berdiri seraya menjawab, “Yes Sir!”. Peserta tidak diperkenankan duduk sampai saya mengatakan “Sit down!”. Peserta duduk dengan menjawab, “Thank you Sir”. Pasti sudah ada yang pernah mengenal cara ini kan?

Kali ini sedikit dimodifikasi. Setelah peserta dicoba dan dapat meresponnya, maka tantangannya perlu ditambah. Jadi, ketika ada kata “Stand up please!” dari saya, maka mereka segera berdiri dan mengatakan “Yes Sir!”. Bedanya, tempat berdiri harus lebih tinggi dari posisi kaki sebelumnya. Karena mereka duduk di kursi, maka respon yang kebanyakan muncul adalah segera berdiri di atas kursi. Lucu ya…

Sebenarnya cara ini sudah pernah saya gunakan secara spektakuler di acara pendidikan dan latihan untuk Unit Kegiatan Mahasiswa Penalaran. Kata-kata ini juga bisa diucapkan sewaktu-waktu sebagai kejutan ketika suasana mulai agak meredup (meskipun waktu itu mereka tidak ada matinya). Selain itu, kata-kata sakti ini hanya saya yang memilikinya. Artinya, jika ada orang lain mengatakannya, maka tidak perlu direspon. Reaksi mereka pun lebih unik, ada yang memanjat jendela, menaiki tangga, berdiri di atas meja, buffet, bahkan ada yang kreatif dengan hanya menginjak selembar kertas.

Dalam acara workshop karier, ceritanya tidak berhenti hanya sampai di situ. Otak terus berkreasi untuk bisa memanfaatkan aktivitas kecil tersebut untuk mengorek pengalaman dan menginspirasi peserta. Caranya, ketika berdiri setiap orang harus mengungkapkan rasa cinta kepada salah satu orang yang ada di ruang workshop tersebut.

“Wahai …. (sebut nama orangnya), aku begitu mencintaimu. Kau begitu menginspirasiku, karena selama tiga hari ini kamu … (sebut 3 hal dari orang itu yang membuat kamu terinspirasi). Ke depannya, aku ingin hubungan kita … (sebut harapan terhadap hubungan tersebut)”

Kalimat tersebut adalah redaksi dari ungkapan rasa cinta. Tidak harus diucapkan persis sama seperti itu. Tiap orang boleh membuat kalimatnya sendiri, asalkan tetap berisi hal-hal yang dimaksud dalam contoh ungkapan tersebut. Ungkapannya pun tidak harus ditujukan kepada yang berlawanan jenis, tapi juga boleh sesama jenis, panitia, atau fasilitatornya.

Hasilnya, suasana jadi begitu emosional. Ada yang mengungkapkan perasaan yang melebihi dari tiga hari ini. Ada juga yang berdamai dan menangis, karena telah terjadi hubungan yang tidak menyenangkan selama ini. Ada juga yang mengungkapkan kekaguman sekaligus permintaan maaf karena telah berkali-kali menolak ketika ditembak (cie… jadi ajang curcol dong).

Ternyata aktivitas spontan ini begitu dahsyat efeknya. Selain sangat emosional, kegiatan yang renyah ini juga mengajak untuk membudayakan mengapresiasi. Tidak banyak orang yang terbiasa melakukan apresiasi secara terbuka dan langsung kepada orangnya. Kali ini tiap orang punya kesempatan itu. Tidak jarang membuat orang bangga, malu dan bersemu merah. Tapi dari situ, jadi terbuka, ternyata ada fans yang mengagumi kelebihan kita. Dengan kata lain, kegiatan kecil ini dapat membantu kita menemukenali kekuatan yang kita miliki selama ini.

Aktivitas pembuka ini memang cocok dan sesuai dengan agenda hari ini. Saya memfasilitasi peserta untuk menemukan dan mengenali kekuatan diri serta menciptakan impian untuk masa depan. Dari aktivitas pembuka, peserta terbantu untuk memperkuat kelebihdan diri, baik yang sudah dikenali, maupun yang hanya diketahui oleh orang lain. Mau coba?

Tidak ada komentar :

Posting Komentar