Minggu, 11 Desember 2011

Ketagihan Workshop "Menulis yang Wow!"

Seharian para peserta workshop "Menulis yang Wow!" dimanjakan oleh metode yang membuat mata mereka terus berbinar seharian. Fasilitasi yang menonjolkan praktek langsung memandu mahasiswa langkah demi langkah untuk memulai membuat tulisannya. Seperti apa proses workshop yang diselenggarakan di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, yang bikin ketagihan tersebut?


Pukul 09.00 WIB adalah waktu yang direncanakan untuk memulai workshop. Panitia sudah siap, mulai dari yang registrasi, mengurusi perlengkapan ruang dan peralatan workshop. Juga terlihat para asisten fasilitator yang cakep-capek sudah siap menyambut peserta. Ada @notnod @viisi dan @dwikrid.

Workshop yang dihadiri oleh kurang lebih 35 orang tersebut mulai digeber 09.30, dan dibuka oleh Kak Amel. Ucapan terimakasih dan harapan dari penyelenggara diutarakan. Hem, berarti aku harus menyimak, agar harapan-harapan itu tidak lolos terlewatkan. Selebihnya, jalani saja sepenuh hati hehe.

Sekarang giliranku untuk memandu workshop ini sampai tandas. Aku berikan sedikit sapaan pemanas dan tes respon mereka dengan "Stand Up Please!". Cara ini lumayan dapat membuat para peserta mulai melibatkan hatinya dalam proses workshop.

Dimulai dengan orientasi singkat. Peserta diminta untuk membuat skala manfaat apa yang akan diperoleh setelah workshop berhasil dilaksanakan. Mereka menyekalakan manfaatnya dari 1 sampai 10. Angka satu menunjukkan bahwa workshop itu semakin tidak bermanfaat, dan angka 10 menunjukkan sebaliknya.

Rata-rata peserta menuliskan angka 8 di kertasnya, tapi ada juga yang menuliskan angka 10. Setiap orang mengartikan angka yang ia pilih dengan cara menuliskannya di lembar tempat mereka menulis angka. Mereka menempelkan angka harapan di dinding.

Karena proses workshop akan banyak dilakukan dalam kelompok-kelompok, maka langkah awal adalah mengelompokkan peserta. Caranya? Lebih enak dengan bermain saja. Sebenarnya ingin mengajak main peserta di dalam ruangan, yaitu dengan membentuk lingkaran besar. Namun karena ruangannya terbatas, maka permainan diganti. Seluruh peserta berbaris untuk membentuk kereta komuter dengan dua kepala, depan dan belakang. Yang jadi kepalanya adalah Kak Aryo dan Kak Dwi.

Aturan mainnya, ada lagu yang menyertai jalannya kereta. Lagu yang dipilih adalah "Kalau Kau Suka Hati Tepuk Tangan". Ingat lagu itu? Kalau peserta sih, semuanya ingat. Selain ada lagu, juga ada aba-aba yang sewaktu-waktu akan aku berikan. Aba-abanya: pisau artinya peserta membentuk kelompok dengan jumlah 2 orang, pedang untuk 3 orang, tombak untuk 4 orang dan perisai untuk 5 orang. Namun jika ada aba-aba "boom!", semua harus tiarap.

Kereta berjalan berkeliling keluar ruangan. Sialnya aba-aba pertama kali adalah "boom!". Seluruh peserta tiarap. Tawa mereka meledak. Gerbong kembali bangkit dan perjalanan dilanjutkan. Demikian seterusnya, aba-aba digonta-ganti, sampai peserta dikelompokkan menjadi 5 orang untuk masing-masing kelompok. Ternyata, ada 2 orang yang tersisa.

2 orang plus 1 orang yang baru datang aku suruh ke depan. Teman-temannya sih minta untuk dihukum. Tapi aku kasih mereka bertiga permainan lawan kata. Setiap aku menyebutkan 1 kata, mereka harus segera menyebutkan lawan katanya. Rata-rata terkecoh oleh nada suaraku. Ketika aku bilang "salah", mereka menyangka aku menyalahkan mereka. Padahal seharusnya mereka bilang lawan katanya, yaitu "benar". Begitu juga ketika aku bilang "sudah" dengan nada bertanya, "sudah?".

Proses dilanjutkan. Pertama kali yang peserta lakukan adalah memunculkan ide tulisan. Peserta diminta untuk mendaftar ide sebanyak-banyaknya dalam waktu kurang lebih 1-2 menit. Mereka cukup menuliskan kata-kata singkat saja.

Ide yang telah diperoleh oleh peserta, kemudian dipilih hanya 3 ide saja yang paling disukai. Ketiga ide tersebut disempurnakan menjadi kata-kata atau kalimat yang paling sesuai dengan apa yang mereka maksudkan. Setiap ide di tuliskan dalam selembar kertas. Jadi ada 3 kertas yang berisi ide di tepat di tengahnya.


Ide ini dikembangkan dengan rumus 333. Apa itu? Rumus ini berarti 3 ide, 3 ide anak, dan 3 ide cucu. 3 ide adalah gagasan yang telah mereka tulis di tengah kertas. Selanjutnya, seperti membuat mind map, peserta mengembangkan menjadi 3 ide yang lebih spesifik. Masing-masing ide spesifik ini dikembangkan dengan contoh, fakta, penjelasan atau apapun yang jumlahnya juga 3 untuk setiap ide spesifik.

Tiap peserta mempromosikan idenya di dalam kelompok. Cerita tentang idenya sangat seru, mulai dari ide yang sederhana tentang hobi, misalnya traveling, kuliner, fashion, ada juga ide cerita fiksi, sampai pada tulisan berat yang berbau filosofi.

Yang menarik juga, ada seorang peserta yang mempunyai ide tentang "Ibu, Kasinya tak Terbatas". Ia sampai menangis ketika menceritakan idenya di dalam kelompok.


Peserta melingkari map yang mereka hasilkan untuk memilih satu ide spesifik. Jika ide utama sudah spesifik, sehingga mau tidak mau ide anaknya juga ikut dalam pembahasannya, maka peserta tidak perlu memilih, tapi langsung menjadikan ide tersebut sebagai bahan tulisannya.

Biasanya, yang diributkan oleh mahasiswa dalam membuat tulisan adalah soal judul. Karena itu, pembatasan ide yang telah dibuat, kemudian diterjemahkan dalam bentuk judul. Aku minta peserta untuk menuliskan judulnya. Judul ini tidak harus fix, apalagi bunyi redaksinya. Yang penting ide yang sudah dipilih masuk di dalam judul tersebut.

Aku minta peserta menggarisbawahi kata kunci pada judul yang menunjukkan inti yang akan dibahas dalam tulisan. Namun, jika jenis tulisannya fiksi, maka kata-kata metaforik atau khiasan yang dipilih, seharusnya mengandung inti dari cerita yang akan dibuat.

Sampai sini, peserta sudah memperoleh ide utuh yang tertuang dalam judul tulisan. Semua peserta applause atas apa yang sudah mereka capai.

Pasca break makan siang dan beribadah, peserta bermain terlebih dahulu. Mereka aku ajak keluar untuk membentuk lingkaran besar. Aku mengetes reaksi mereka dengan instruksi yang harus dijalankan oleh tangan kiri mereka. Sedangkan tugas tangan kanan peserta hanya memastikan bahwa tangan kiri teman di sebelahnya tidak bergerak kemana-mana. Mereka bersiap seperti akan main "do mika do" (tepuk tangan secara berurutan). Setiap instruksi diberikan, semua segera berlomba melakukan yang diminta atau berusaha mencegah tangan kiri temannya tidak bergerak. Karena harus memecah konsentrasi di dua tugas, mereka kebingungan. Meledaklah tawa para peserta.

Proses dilanjutkan dengan membuat outline atau kerangka tulisan. Peserta dibagikan metaplan atau kartu untuk menulis. Setiap kartu ditulisi kalimat yang jadi pokok pikiran atau ide pokok. Namu sebelumnya, peserta diberikan penjelasan tentang bagaimana kerangka tulisan dibuat dan apa keuntungannya membuat kerangka tulisan. Selanjutnya peserta mengurutkan meta plan dalam susunan yang sesuai dengan keruntutan yang diinginkan. Urutan umum terdiri dari pembuka, isi dan penutup.

Proses workshop berjalan hanya sampai membuat otuline. Peserta tidak sampai membuat tulisan. Namun demikian, peserta berkomitmen untuk meneruskannya hingga menjadi tulisan. Mereka merasa sudah sangat gampang jika meneruskannya sendiri. Peserta sejauh ini sudah terbantu, dan siap menjadi penulis. Mereka berencana mengompilasi tulisannya dan akan menerbitkan. Selain itu, mereka juga ingin mem-posting tulisannya di blog.

Demikian cerita workshop "Menulis yang Wow!". Mudah-mudahan dapat menginspirasi.

Apakah Kamu tertarik untuk mengikuti workshop-nya?

2 komentar :