Sabtu, 17 Desember 2011

4 Level Totalitas dalam Bekerja

Sumber gambar: ahmedfikreatif.wordpress.com
Setiap dari kita yang memikul tugas pekerjaan, baik yang pekerjaan sendiri atau menjadi anak buah orang, punya tingkat totalitas dalam mengambil peran, mulai dari yang makan gaji buta sampai yang bekerja sebagaijiwa. Bagiamana jelasnya level totalitas bekerja?


Sehari sebelum hari ini, baca dari milis bahwa ada pembekalan buat dosen muda. Setelah kontak-kontak untuk mendapatkan warta, agar tidak nyasar atau salah informasi, diputuskanlah untuk mengikuti kegiatan ini esok paginya, jam 07.00 WIB.

Ini merupakan kegiatan yang sangat-sangat pagi untuk ukuran hari libur. Kalau mengingat beberapa kegiatan workshop atau training yang aku pandu di Jakarta, rata-rata dimulai pukul 09.00, apalagi pada hari libur. Surabaya memang kota yang pagi :) Ya, ini karena pada saat yang bersamaan, di Hotel Singgasana Surabaya, juga ada beberapa kegiatan serupa di aula-aula yang disediakan oleh mereka. Semuanya dimulai pada saat pagi yang hampir sama.

Karena jarak tempuh normal dari rumahku ke lokasi kurang lebih 60 menit, maka aku mulai melaju pukul 06.00 WIB. Sedikit digandoli sama @bintangABC, maka berangkatnya lebih lama 10 menit dari rencana semula.

Motor ku laju kencang. Hari Sabtu tak begitu mendapatkan banyak halangan. Memang sih, di ruas Sidoarjo tengah, daerah Gedangan, tetap menjadi leher botol yang menyesakkan lalu lintas. Tapi lumayan, tak semacet biasanya.

Celaka tak dinyana, ban bocor di tikungan Dinas Kesehatan, dekat Graha Pena. Untung tak juga dinyana, di tikungan yang sama aku mendapatkan tukang tambal ban. Untunglah tak memakan waktu lama. Meski diantara waktu tunggu itu sempat ngabari agar tetap dibukukan sebagai telat yang alamiah. Maklum lah, yang muda bukan cuma yang bergaya, tapi juga yang rentan salah :)

Ternyata acara sudah digelar ketika aku tepat datang pukul setengah 8. Ada sedikit selentingan sambutan yang aku dengar, rupanya pertemuan ini difasilitasi untuk pengakraban awak kampus. Bener juga, biar tambah mesra kali ya :)

Hari ini yang didapuk untuk menjadi juru omong adalah Pak Jangkung Karyantoro, mantan dosen kampus juga, yang sekarang jadi Rektor STIKOM Surabaya. Masih terngigang gaya Pak Jangkung mengajar beberapa tahun silam.

Pak Jangkung memang orang yang tak pernah kehabisan bahan untuk dibicarakan. Pengalaman yang kaya membuatnya sudah sangat akrab dengan realita. Bukan lagi teori, tapi banya cerita-cerita.

Dari sekian banyak cerita yang ia suguhkan, level totalitas dalam bekerja adalah yang baru buatku. Aku memang tidak banyak belajar tentang dunia kerja dan organisasi, karena itu ini sangat menarik. Pak Jangkung mengatakan, dalam bekerja ada level unduty, duty, call to the duty dan beyond the duty. Apa itu semua? Kurang lebih sebagai berikut,

Unduty adalah level bekerja untuk memenuhi status formal kerja. Bagaimana itu? Secara mudahnya, ini identik dengan makan gaji buta. Artinya, secara formal golongan ini bekerja, tetapi untuk menggugurkan kewajiban atau melaksanakan sebagian tetapi tetap dikatakan melakukan keseluruhan. Pak Jangkung mencontohkan dengan pengajar yang punya tugas 3 jam, tetapi hanya melakukannya 1 jam. Secara formal ia menandatangani bukti mengajar 3 jam. Nah, yang 2 jam bisa dikatakan unduty.

Duty biasanya dilakukan oleh orang lurus dan melakukan pekerjaan dengan baik. Arti baik ini adalah sesuai dengan tugas yang diembannya, tidak lebih. Golongan ini melakukan jobdesc dan biasanya sesuai dengan SOP.

Call to the duty berarti bekerja sebagai panggilan. Tipe 'yes man' and doing what they've said yess adalah pola kerja mereka. Kata Pak Jangkung, golongan ini seperti pelacur panggilan, jam berapapun pelanggan menelpon, karena itu tugasnya, maka ia harus segera berangkat. Meski contoh ini tidak tepat, karena anekdot yang muncul di pikiranku, tiba-tiba ada peserta yang protes, "Ah, tidak juga. Buktinya aku pernah menelpon, tapi setelah 2 jam saya dapat konfirmasi ketidaktersediaan" hahahaha.

Beyond the duty boleh dikatakan tingkat dewa-nya dalam bekerja. Bekerja adalah bagian dari hidup orang yang masuk golongan ini. Mereka menganggap tidak sedang bekerja, tetapi sedang menjalani hidup. Waktu kerja adalah umur yang sedang ia nikmati, tempat kerja adalah rumah yang ia cintai. Mengerikan juga ya hahaha, tapi nice juga sih untuk yang punya label workaholic, atau sebaliknya gara-gara workaholic maka jadi masuk golongan ini :)

Nah, kalau aku, jika dilihat dari berangkat pagi, disempatkan memeluk dan menggendong @bintangABC, ban bocor dan menikmati menunggu tukang tambal menunaikan tugasnya, dan akhirnya sampai 30 menit lebih lambat dari jadwal, tergolong bekerja pada totalitas yang mana ya?

Kalau Kamu?

3 komentar :

  1. saya mau jadi yang workaholic saja... motivasi tepat.. pekerrjaan sesuai.. kebutuhan cukup.. why not ndag jadi workaholic ^^

    semangat ! semangat!!

    BalasHapus
  2. Yup, bersinergi dalam koridor yang passionate :) Semangaaat Kakak!

    BalasHapus
  3. emmmm, sebagai pemula,, saya lebih condong ke "Duty" deh,,
    yang penting kita tanggung jawab sama pekerjaan yang dipercayakan dan konsisten..
    life is not only about working, rite..?? heheh :p

    BalasHapus