Selasa, 13 November 2012

Yang Tidak Penting Itu Penting

Katanya yang tidak penting itu penting. Apa maksudnya ya?

Apa yang penting buat Kamu? Dan apa yang Kamu anggap tidak penting dalam hidupmu? Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada cerita nih.

Markasan bekerja tiap hari. Resminya, ia bekerja 5 hari seminggu. Sisa 2 harinya ia manfaatkan untuk menyelesaikan sisa pekerjaan kantor. Belum lagi jika email yang terintegrasi dengan gadget miliknya terus menerus berdatangan. Sudah pasti 70% diantaranya adalah tambahan pekerjaan.

Markasan punya sisa waktu miliknya sendiri kisaran 4-5 jam seminggu. Ini berarti ia dapat menggunakan waktu tersebut benar-benar untuk urusan pribadinya.

Markasan ingin bersantai bersama keluarga, jalan-jalan, makan di luar, ngeblog, konsen bercakap-capak di twitter atau skype dan yahoo messanger. Sepertinya begitu panjang kegiatan yang ingin dilakukan Markasan di waktu yang ia miliki secara pribadi. Nytanya, Markasan biasanya hanya menuntaskan satu keinginan dalam satu minggu. Bahkan lebih sering hanya seperempat atau setengahnya saja.

Kadang Markasan bisa melakukannya lebih banyak. Tapi banyakpun tidak begitu berarti buat kepuasan batin Markasan, karena ia hanya melakukan secuil-secuil dari banyak yang ia inginkan. Meskipun ia bisa melakukan sampai 4 atau 5 kegiatan pribadi, tapi tidak ada yang sempurna, bahkan hanya sedikit-sedikit saja.

Markasan produktif dalam pekerjaannya, tapi kurang berhasil dalam aktivitas pribadinya. Yang perlu ditanyakan kepada Markasan, apakah ia menganggap aktivitas pribadinya tersebut penting? Sejauh apa pentingnya buat Markasan jika dibandingkan dengan aktivitas rutinnya?

Ternyata, Markasan berpendapat, kegiatan pribadi yang sangat ingin dilakukannya, sebenarnya tidak terlalu penting. Apa?! Ini tentu agak aneh. Ehm sori, sangat aneh.

Markasan sudah tidak begitu mengenali kegiatan pribadi yang ia inginkan. Bahkan lama kelamaan, hubungan mereka jadi tidak akrab. Kenapa? Karena eh karena, Markasan sudah terbiasa dengan aktivitas rutinnya. Aktivitas rutin tersebut menjadi aktivitas pokok dalam kehidupannya. Karena itu, kegiatan ini diartikan penting oleh Markasan. Efeknya, aktivitas di luar kegiatan pokok, diartikan tidak begitu penting, atau malah tidak penting.

Kegiatan pribadi yang paling diinginkan menjadi tidak penting. Hal ini menyebabkan kegiatan tersebut berasa hambar, karena menemukan titik seimbangnya antara anggapan tidak penting, tapi sangat diinginkan. Hambarnya kegiatan pribadi ini karena Markasan sebenarnya meyakini bahwa namanya kegiatan di luar aktivitas rutin itu dapat membuat diri segar kembali, apalagi jika kegiatan tersebut disenangi atau hobi.

Kalau buat aku, kegiatan pribadi itu sangat penting. Selain membuat diri segar kembali, kegiatan pribadi membuat aku punya akses untuk menjadi diri sendiri. Karena itulah aku berkeyakinan bahwa yang (dianggap) tidak penting itu juga penting. Yang (dianggap) tidak penting itu merupakan varian dari yang penting. Karena itu, buatku sama pentingnya.

Yang tidak penting itu penting. Bagaimana menurutmu?

Tidak ada komentar :

Posting Komentar