Minggu, 11 November 2012

Apakah Guru TK Boleh Mengajari Membaca?

Apakah anak usia TK boleh belajar membaca? Simak yuk!


Teringat, pernah ada seorang guru taman kanak-kanak yang konsultasi tentang pembelajaran, sekaligus tentang usia perkembangan anak, sehubungan dengan proses pembelajaran. Guru ini, sebut saja Bu Titi, baru saja di-complain oleh orangtua siswanya. Si orangtua protes kepadanya, kenapa anaknya sudah diajari membaca.

Berawal dari beberapa artikel yang dibaca oleh ibu siswa, bahwa anak usia TK tidak seharusnya diajari membaca, berhitung dan menulis. Diperkuat dengan ikutnya si ibu dalam sebuah page di facebook yang mengaji tentang pendidikan. Baik artikel yang dibaca maupun diskusi di page, hampir semuanya tidak membenarkan anak TK diajari membaca.

Persoalannya, ketika aku korek dari Bu Titi, hampir semua artikel menyatakan bahwa anak usia TK tidak boleh diajari membaca. Ini yang perlu diluruskan. Perlu dibedakan antara anak usia TK dengan sekolah TK. Pembedaan keduanya akan menentukan, apakah orangtua layak protes atau tidak.

Sebelum protes atau dipersoalkan, yang perlu dipahami oleh guru atau orangtua adalah: 1) Apakah guru mengajari hanya kepada beberapa anak atau semuanya, 2) Bagaimana cara guru mengajarkan, 3) Setiap anak punya potensi berbeda, berhak belajar apa saja. Sebelum membahas satu persatu, yang perlu menjadi pegangan guru dan orangtua adalah keunikan anak.

Setiap anak itu unik. Dalam bahasa psikologinya disebut individual differences. Berbicara tentang perbedaan tiap anak, yang perlu diluruskan adalah soal perbedaan proses dan hasil. Dalam konteks membaca, ada yang disebut belajar membaca dan ada yang disebut bisa membaca. Keduanya berbeda.

Kalau lihat dari kata 'bisa membaca' dan 'belajar membaca', sudah pasti mudah membedakannya. Hanya aja, secara tidak sadar keduanya sering tercampur dan kabur. Ungkapan bahwa anak TK seharunya tidak diajari membaca, hampir sepadan dengan, anak TK belum waktunya belajar membaca. Ini bergeser lagi, sepadan dengan ungkapan, anak usia TK tidak belajar membaca. Itu kesepadanan makna secara tekstual. Namun makna itu bisa diartikan, anak usia TK tidak mampu belajar membaca. Efeknya, jika anak TK tidak bisa membaca, kita menemukan pembenarannya.

Jika kita berpegang pada perbedaan individual siswa, maka dapat diartikan, tidak semua anak TK tidak mampu membaca. Malah, setiap anak TK mampu belajar membaca, namun dengan kecepatan yang berbeda-beda tentunya. Jika kita berpegang pada perbedaan siswa, tidak ada larangan buat anak usia TK untuk belajar membaca.


Dalam kasus Bu Titi, kita akan kaji satu persatu 3 hal yang perlu di pahami guru dan orangtua di atas.

1. Apakah guru mengajari hanya kepada beberapa anak atau semuanya
Jika orangtua si anak memprotes Bu Titi karena mengajarkan membaca kepada anaknya, maka ini kurang tepat sebenarnya. Siapa tahu Bu Titi memang sudah memperhitungkan, sehingga anak tersebut diajari membaca. Hal ini jadi persoalan jika Bu Titi mengajarkan membaca semua anak. Namun tetap tak bermasalah jika Bu Titi sudah memperhitungkan, bahwa semua anak mampu belajar membaca.

2. Bagaimana cara guru mengajar
Dengan adanya perbedaan siswa dalam hal kemampuan belajar membaca, berarti ada berbagai cara yang mungkin dilakukan berdasarkan kecepatan belajarnya. Memukul rata dengan mengatakan bahwa anak TK seharusnya tidak belajar membaca, malah bisa menyesatkan guru atau orangtua. Jadi salah jika guru menerapkan metode yang sama untuk kemampuan siswa yang berbeda.

3. Setiap anak punya potensi berbeda, berhak belajar apa saja
Karena kemampuan anak berbeda-beda, maka semua anak berhak belajar apapun yang ia butuhkan. Artinya, pada bagian ini kita tidak terbatas membahas tentang membaca, tetapi juga belajar lainnya, misalnya berhitung dan menulis. Jika berpegang pada perbedaan individual, maka bisa jadi seorang anak lebih mudah belajar menulis, sementara yang lainnya lebih cepat berhitung, demikian juga dengan membaca. Seperti yang sudah kita bicarakan sebelumnya, kecepatan belajar membaca setiap anak berbeda.


Begitu kira-kira penjelasan yang aku berikan kepada Bu Titi. Apakah Kamu mempunyai persoalan yang sama?



9 komentar :

  1. honestly, ada bagian dmn boso sampeyan rodo mbulet mas :D

    Aku punya keponakan usia 5,5 th sekolah TK B. Dibandingkan dg aku waktu berusia yg sama dg dia, aku sudah bisa baca keseluruhan isi majalah Bobo dg "baca dlm hati", sedangkan keponakanku msh membaca dg mengeja keras2. Mestinya kalo dibandingkan dg jamanku dulu, anak skrg punya kesempatan yg lebih baik, dlm arti gizi yg lbh baik, stimulasi yg lebih sering krn penyebaran info jg lebih mudah. Tetapi kalo dikembalikan lagi ke individual differences, ya kemampuan tiap anak belajar dan menyerap itu tetap saja berbeda. Mnrtku yang terpenting anak belajar dan diajari tanpa rasa keterpaksaan, tanpa tuntutan berlebihan. Bagaimanapun ortu dan guru sbg pendidik jg harus memanfaatkan usia emas anak dalam menyerap stimulasi dr lingkungannya kan.
    Meskipun keponakanku blm lancar membaca, tapi aku benar2 mengapresiasinya karena di usianya tsb bisa menulis dg rapi, dan sangat kreatif membuat kalimat dg beberapa kata kerja dari hanya satu subyek: tantenya :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup. Wah kun pinter banget berarti. Makasih kun

      Hapus
  2. S7 banget..dulu ada sorg guru TK yg mngajarkan siswanya dskola blajar baca, tanpa pandang bulu. Ortu tak brkutik, entah kr itu skola mahal (syang, uda kluar uang byk), ato mmang kr tak berdaya. tpi dri situ mala mlahirkan konsep baru bwt saya yg mlihat pristiwa itu, bhw smua baiknya brlandaskan komunikasi antar ortu n guru. Hasilnya? Lancar jaya...anak pun ceriya..

    BalasHapus
  3. S7 banget..dulu ada sorg guru TK yg mngajarkan siswanya dskola blajar baca, tanpa pandang bulu. Ortu tak brkutik, entah kr itu skola mahal (syang, uda kluar uang byk), ato mmang kr tak berdaya. tpi dri situ mala mlahirkan konsep baru bwt saya yg mlihat pristiwa itu, bhw smua baiknya brlandaskan komunikasi antar ortu n guru. Hasilnya? Lancar jaya...anak pun ceriya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget. Orangtua tetap punya peran utama..

      Hapus
  4. mo sedikit share nich, anak ku berusia 4 tahun 2 bulan. Bulan Juli kmrn sudah masuk Play Group. 2 minggu pertama masuk anak ku mogok sekolah karna dia bilang takut sm teachernya. karna yg biasa antar anak ku sekolah neneknya( aku seorang ibu yg bekerja) jadi aku dateng k skul dan bertemu sama teachernya. dan si teachernya bilang klo kurikulum di sana emang mengharuskan anak untuk bisa menulis dan membaca. Agak bingung juga sih Play Group sudah di ajarkan membaca, kesannya sangat memaksa. Kasian Anaknya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam Bunda

      Langkah yg Bunda tempuh dengan menemui gurunya itu sudah tepat. Kalau sudah didiskusikan dengna pihak sekolah, tetapi belum juga ada perubahan, maka nanda boleh dicarikan tempat bermain/belajar yang lebih sesuai. Belum ada perubahan di sini maksudnya, pihak sekolah tetap bersikeras mengajarkan ananda baca tulis dan anak juga tidak berubah atau masih takut dan berdampak kurang baik. Semoga ananda dapat tempat yang paling sesuai..

      Salam, Bunda..

      Hapus
  5. sekarang masih tetep skul disana karna anak ku dah ga takut lg, cuma tetep aku pesenkan dan tekankan sm teachernya untuk tdk memaksakan si anak. karna setiap anak mempunyai kesiapan yg berbeda beda. biarkan anak belajar sesuai dgn kemampuannya. jd kan proses belajar sebagai kegiatan yg menyenangkan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup. Semoga berdampak yang terbaik buat ananda..

      Hapus