Selasa, 03 Januari 2012

5 Setan Penciptaan Ide untuk Membuat Cerita

Sumber Gambar: f2p20.blogspot.com
Ide merupakan modal dasar dalam membuat cerita. Namun, sering tidak mudah dalam melahirkan ide cerita. Kenapa? Ada setan yang menghambat penciptaannya.


Lama tak membuat cerita butuh pintu baru untuk memasuki dunia itu lagi. Tapi tenang, fondasi itu tak akan pernah hilang, tinggal kita mencari jalan lagi untuk membuat tembok yang kokoh dan ornamen yang indah.

Sebenarnya tidak terlalu lama juga, terakhir membuat cerita ya tahun lalu. Hem, sepertinya lama banget ya mendengar kata 'tahun lalu'. Padahal memang kita baru saja ganti tahun hehe. Tapi 3 bulan sudah cukup untuk membuat jari lentik ini menjadi kaku, pikiran yang biasanya mengalir ini jadi mampet, hati jadi gelap gulita tiada terkira (mulai lebay).

Sumber Gambar: squidoo.com
Seperti menulis pada umumnya, membuat cerita itu butuh ide. Untuk melahirkan ide, butuh keberanian untuk menuangkannya. Ide atau gagasan butuh dikarantina. Apa pula itu?

Menuangkan ide atau gagasan, sebenarnya gampang, meskipun pada kenyataannya tidaklah mudah (mbulet aja, dibolak-balik hehe). Artinya, ada belenggu yang kuat agar ide itu tidak lahir. Dengan curah gagasan atau brain storming, sebenarnya ide bisa begitu saja mengalir berjuta-juta. Namun setan penciptaan selalu menggelayut, menahan untuk ide itu tidak bisa dikeluarkan.

Setan penciptaan itu biasanya datang dari dalam diri sendiri, meskipun bisa juga berkunjung dari luar negeri #eh. Apa saja setan penciptaan itu?


Ada 5 setan penciptaan dalam melahirkan ide cerita:


1. Berpikir untuk selalu menjadi benar

Sebenarnya ini bukan saja penyakit yang datang ketika kita akan menciptakan cerita. Berpikir untuk selalu benar adalah penyakit umum yang kronis dalam kehidupan sehari-hari. Pernah berada di sebuah forum atau kelas yang sunyi? Ketika hadirin atau peserta ditanya, "Ada pendapat?" atau "Ada yang ingin ditanayakan?", dan kelasnya sepi. Sukur-sukur kalau memang benar-benar tidak ada yang ingin disampaikan. Ini masih dimaklumi jika terjadi di forum dengan jumlah orang kurang atau sama dengan lima. Tapi kalau orangnya banyak, mulai tidak wajar jika diberi stimulus seperti itu masih tetap sunyi senyap.

Biasanya mereka dilanda penyakit ingin selalu benar. Mereka ingin membuat pertanyaan yang benar, ingin memberikan pernyataan yang juga benar. Pokoknya ingin serba benar. Coba bayangkan jika ini terjadi pada saat kita menggali ide untuk membuat cerita. Apakah ide akan segera bisa dilahirkan dalam kondisi terbelenggu seperti itu?


2. Menginginkan ide yang rumit

Ketika akan menuangkan ide, biasanya yang terbayang apa? Kita diciptakan pikiran yang sudah punya cara melihat realita. Kita memandang lingkungan secara penuh atau utuh. Jadi, ketika kita memikirkan sebuah ide cerita, yang terbayang adalah cerita secara keseluruhan.

Jika kita membayangkan bahwa ceritanya akan sederhana dan lempeng-lempeng aja, maka ide yang akan kita tuangkan pasti akan dibatalkan. Kita ingin cerita kita 'wah', spektakuler, berliku, penuh onak dan duri (mulai lebay lagi). Bisakah ide terlahir jika ada hambatan pikiran seperti itu?


3. Meremehkan ide

Kadang ide kita sendiri pun dihakimi. Ide kita sering dianggap terlalu melarat untuk menjadi cerita. Kita lebih sering tidak percaya pada ide kita sendiri. Pernah mengalami yang seperti ini?


4. Melupakan kemungkinan dramatisasi

Ide kita boleh sederhana, tidak masalah untuk sebuah cerita. Banyak cerita diawali oleh ide yang sederhana, tapi jadi menarik ketika disajikan. Kok bisa? Iya, dramatisasi jadi jawabannya.

Dramatisasi menambahkan perumitan dan ornamen dalam cerita. Konflik pun bisa dipertajam dengan dramatisasi. Pernah nonton film Sponge Bobs? Semua berawal dari ide sederhana, tapi penulis cerita mampu membuat persoalannya jadi rumit.

Sebuah episode bercerita tentang keinginan Mr. Crap untuk menemukan peni (uang) seperti yang dialami Sponge Bobs membuatnya jadi senewen. Bahkan ia berusaha melakukan usaha yang jahat untuk memiliki peni yang ditemukan Sponge Bobs. Padahal itu hanya segumpal permen karet, karena Sponge Bobs suka mengoleksinya. Di akhir cerita Mr. Crap baru tahu kalau itu bukan peni. Eh, setelah diludahi oleh Gerry, siputnya Sponge Bobs, ternyata itu benar-benar peni yang kusut. Sponge Bobs membuangnya karena itu tidak bisa dimasukkan menjadi salah satu permen karet koleksinya. Keren kan?


5. Serakah untuk menggunakan semua ide

Yang terakhir ini sebenarnya tidak terlalu menghambat. Persoalan ini baru muncul jika ide sudah tertuang semua. Karena itu, persoalan ini lebih sering menghambat ketika membuat cerita, bukan pada saat menggali ide.

Namun demikian, jika pikiran kita lebih dulu membayangkan bahwa ide-ide yang kita kumpulkan harus terkait semuanya, maka bisa jadi kita mengurungkan untuk menelorkan ide yang sudah di ujung lidah. Bayangan akan keterkaitan semua ide itulah yang menghambat tertuangnya ide.

Dengan mengetahui setannya, mudah-mudahan akan mempermudah kita dalam menemukan penangkalnya. Nah, menurutmu, apa strategi untuk bisa mengalahkan setan penciptaan ide tersebut?




Tulisan Terkait:


2 komentar :