Selasa, 18 Oktober 2011

Resep Presentasi Spektakuler

Pernah presentasi? Aku yakin, sebagian besar dari yang membaca pertanyaan itu jawab "pernah". Mudah-mudahan bukan tebakan yang sok tahu hehe. Tebakan ini didasarkan pada kebutuhan presentasi itu sendiri. Hampir semua pekerjaan kita membutuhkan presentasi, karena dengan presentasi kita mengenalkan dan atau sekaligus meyakinkan orang lain.


Presentasi sebenarnya bertujuan untuk menunjukkan. Karena bertujuan menunjukkan, maka presentasi sendiri adalah pertunjukan. Oleh sebab itulah presentasi bukan hanya menjelaskan (explaining), tetapi juga menunjukkan atau membuat pertunjukan (showing).

Berbicara tentang pertunjukan, apa yang Kamu bayangkan ketika ada atau akan menyaksikan pertunjukan? Sesutu yang menarik, menyenangkan, menghibur, memikat dan sebagianya, merupakan kesan yang mungkin muncul ketika mendengar kata "pertunjukan". Lalu apa artinya? Berarti, presentasi itu seharusnya menarik, memikat, membuat orang tercengang dan ingin terus mengikuti.

Namun, kenaytaannya banyak presentasi yang disajikan ala kadarnya dan cepat membuat bosan dan lelah. Mungkin ini efek dari semakin ngeternd-nya presentasi yang masih belum diimbangi dengan pengelolaan yang memadai. Sisi baiknya, semakin banyak orang yang membiasakan diri melakukan presentasi. Tapi di luar sisi baik itu, presentasi tetap membutuhkan dikelola dengan baik agar isi dari presentasinya bisa tersampaikan.

Hari ini aku kebetulan menemani teman-teman belajar di sebuah perkuliahan. Metode yang digunakan dalam proses belajar adalah presentasi mahasiswa. Biasanya presentasi yang dilakukan oleh mahasiswa selalu identik dengan media PowerPoint. Saking identiknya, jika mereka diminta menyampaikan materi perkuliahan dengan cara bermain drama atau bermain peran, mereka tidak menyebutnya presentasi.

Ok, sekarang kita anggap saja presentasi yang dimaksud adalah yang menggunakan PowerPoint sebagai medianya. Dalam perkuliahan, kebanyakan mahasiswa melalui presentasi dengan cara membacakannya. Apa yang ada di slide dibaca begitu saja. Karena ingin menyampaikan banyak materi, maka tulisan yang ada di buku atau makalah, dituang begitu saja di lembar-lembar slide. Coba bayangkan, betapa penuhnya slide dengan tulisan. Bukankah itu sama saja dengan membacakan buku atau makalah kepada audience? Mereka bisa membaca sendiri, bukan?

Kalau diberitahu bahwa yang namanya PowerPoint adalah tempat untuk menuangkan apa yang ingin kita sampaikan dalam bentuk point-point penting, mereka malah menyalahartikan. Materi-materi yang dikemas dalam slide benar-benar berupa bullet-bullet yang banyak sekali jumlahnya. Mereka menyamakan arti point dengan bullet.

Agar tidak melulu terpaku pada media, apalagi hanya mengandalkan PowerPoint, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Totalitas diri dalam presentasi
Yang terjadi biasanya, presenter, media dan metode yang digunakan bercerai berai. Bahkan juga tidak menyatu dengan lingkungan presentasi. Membaca slide atau teks adalah contoh bahwa presenter berjarak dengan media dan metodenya. Ini perlu dikembalikan lagi, bahwa presentasi bertujuan berbagi dan meyakinkan audience tentang apa yang kita sampaikan. Jika kita pegang itu, tentunya totalitas untuk pencapaiannya akan kita upayakan.
Masuklah dalam apa yang kita presentasikan. Mengenali audience sebelum tampil atau pada awal tampil bisa membantu kita untuk total. Menyapa audience di awal dan menggunakan jembatan untuk mencairkan suasana, misalnya joke, cerita, sapaan unik juga bisa digunakan. Sesekali melibatkan audience di tengah presentasi atau berjalan di antara mereka jika memungkinkan juga bisa menyatukan presenter dengan lingkungan dan audience.

2. Antusiasme lebih pentin daripada teknik
Tarik nafas dan kumpulkan energi. Sapalah peserta atau berbicaralah sampai terbentuk kenyamanan diantara kita dan audience. Semangat dan tetap menjaga semangat adalah yang terpenting jika dibandingkan dengan teknik. Penguasaan diri lewat antusiasme membuat kita tak terlalu tergantung pada media dan metode. Ketika sudah masuk ke dalam diri dengan semangat yang tinggi, improvisasi akan lebih mudah dilakukan.

3. Perdulilah kepada audience
Presentasi itu bukan pamer kebolehan, tapi lebih berupa keperdulian. Ketersampaian informasi dan kenyamanan audience selama proses persentasi menjadi tanggung jawab kita sebagai presenter. Jika sudah terbiasa presentasi, menatap ekspresi dan mata audience dapat membantu mengenali apakah mereka sudah memahami yang kita sampaikan atau belum. Bila kesulitan, boleh di setiap bagian presentasi atau setiap slide jika diperlukan, kita tanya apakah mereka paham atau tidak, apakah ada yang perlu didiskusikan atau tidak.

Apalagi ya prinsip-prinsip dalam presentasi. Kalau ada boleh di-share di sini. Atau yang punya metode ampuh presentasi juga boleh dibagi. Selamat presentasi!

Sumber media: Courtesy You Tube

2 komentar :

  1. Postingan bagus Pak. Harusnya semua mahasiswa dibekali workshop presentasi dulu, supaya pada tahu esensi presentasi itu seperti apa.

    Tapi ada juga lho Pak dosen yang maunya ppt diisi tulisan sebanyak-banyaknya supaya teman2 mudah bacanya dan ga cuma mendengarkan. Yang seperti in bakal memperbanyak sarjana powerpoint deh.

    BalasHapus
  2. Karena itulah aku sekarang jarang pakai ppt. Ada banyak cara menarik yang bisa dimanfaatkan dan dikelola :))

    Kita sama2 belajar. Yuk belajar bersama! :)

    BalasHapus