Sabtu, 15 Oktober 2011

Mini Training: Mengelola Keunikan Anak dalam Desain Pembelajaran


Subjek pusat pembelajaran adalah siswa. Apa yang disajikan buat siswa? Tentu saja luaran atau hasil belajar. Jadi, subjek yang menjadi target perubahan adalah siswa, sedangkan perubahan yang direncanakan adalah tujuan pembelajaran.


Hari ini aku beraksi untuk para pendidik di Home Schooling Kak Seto, Sidosermo Airdas Kav A-7 Surabaya.

Agenda hari ini adalah membuat pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Beberapa hari sebelumnya, salah seorang guru yang kebetulan adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Unair datang menemuiku. Ia juga seorang freelancer di Home Schooling Kak Seto Surabaya. Sang guru curhat tentang kesolidan para guru, antusiasme dan motivasi mendesain pembelajaran dan mengajar yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Karena keluhannya banyak, maka disederhanakan menjadi mengenali siswa dan merancang pembelajaran dengan cara yang sederhana.

Desain belajar dibuat sesingkat dan sesederhana mungkin, mengingat waktu yang tersedia juga terbatas, 3 jam. Dalam waktu sekian, aku membagi menjadi 3 bagian: mengenali keunikan diri sebagai guru, mengenal karakteristik anak dan mendesain pembelajaran kelas didasarkan pada keunikan guru dan karakteristik anak.

Sebagai pembuka, aku membawakan cerita tentang ‘berkenalan’. Ceritanya tentang seseorang warga baru yang tidak ingin memberitahukan namanya. Ia selalu mengatakan “Apalah arti sebuah nama”, jika ada yang menanyai namanya. Sampai-sampai, kata-kata ini jadi bahan pembicaraan dimana-mana. 

Terjadi kebakaran dahsyat. Hampir semua rumah ludes terbakar. Setelah api padam, dilakukan evakuasi pada semua korban. Salah atu korban adalah warga baru tersebut. Dalam kondisi luka parah, ia dilarikan ke rumah sakit. Saat dikerumuni warga, ia meminta maaf dan berkesempatan memberitahukan namanya. Sejak saat itu, yang jadi bahan pembicaraan warga bukan lagi “Apalah arti sebuah nama”, tetapi “Tak kenal maka tak sayang”.

Berikutnya mereka mengenali diri dengan menggunakan gambar sebagai bantuan. Metafora gambar membuat para guru dengan mudah mengenali keunikan diri dan membuat profil guru impian. Keunikan diri disimbolkan dengan sesuatu (hewan, benda, tokoh dan sebagainya). Selain nama sesuatu tersebut, para guru juga mengenali ciri khasnya. Profil guru idaman dipresentasikan dengan cara yang unik oleh para guru yang telah dibagi jadi 2 kelompok.

Berikutnya para guru diajak untuk mengenali karakteristik siswa. Teori perkembangan kognitif jadi bahan obrolan. Selain itu, juga dibahas tentang Personal Learning Style (PLS): Visual, Auditori dan Kinestetik. Sebagai tambahan, para guru diberikan pengetahuan identifikasi diri dengan MBTI. Mereka tidak mengisi sebuah lembar tes. Para guru hanya bermain-main dengan instruksi. Reaksi pilihan mereka akan jadi indikasi bahwa para guru masuk di preferensi yang ada di MBTI.  Para guru diharapkan dapat memodifikasi cara ini untuk bermain dengan siswa, sehingga karakteristiknya mudah diketahui.

Modalitas guru dan siswa dijadikan pijakan dalam membuat desain pembelajaran. Aku membuat sebuah lembar kerja yang bisa membantu memudahkan peserta membuat rancangan pembelajaran.  Guru hanya perlu mengisikan kisi-kisi atau deskripsi setiap bagian yang ada di lembar kerja. Dalam waktu yang cepat, rancangan pembelajaran lengkap bisa dibuat dengan cara ini.

Bagian utama dari kertas kerja adalah yang paling luar, yaitu pesan atau tujuan pembelajaran. Bagian ini jadi bingkai agar proses belajar tidak melenceng dari luaran yang ditargetkan. Yang bagian tengah adalah siswa dengan berbagai kondisinya: kelebihan, kekuarangan dan modalitas belajarnya. Pesan dan Siswa adalah bagian yang terpenting di dalam kertas kerja. Bagian yang tengah terdiri dari metode dan media. Lebih luar lagi adalah aksi atau teknis pelaksanaan proses pembelajaran.  

Pertemuan yang sedianya berakhir jam 12, ternyata baru bisa diakhiri pukul 13.30. Kami menutupnya dengan cara, setiap peserta mengungkapkan kesannya terhadap Mini Training yang mereka alami selama kurang lebih 4,5 jam itu. Seluruh peserta berdiri. Mereka hanya dipersilahkan duduk jika sudah mengungkapkan kesannya terhadap Mini Training.

Kesan para peserta sangat positif. Hampir semua mengatakan, mereka mendapatkan hal baru. Ada yang terkesan dengan cara praktis mengidentifikasi diri serta cara cepat dan sederhana membuat desain pembelajaran. Ada juga yang menyatakan bahwa Mini Training kali ini mengubah dirinya dalam memadang anak, juga ia menjadi lebih percaya diri dalam merancang dan melakukan pembelajaran.

Mini Training ditutup dengan yel-yel ‘tutors’ yang menggemparkan siang yang panas itu. 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar