Minggu, 20 November 2011

Bagaimana Agar Bisa Tahan Lama?

Siapa yang tidak suka jika mampu bertahan lama? Baik pria atau wanita pasti menyukainya. Tapi tidak semua orang bisa bertahan dalam waktu yang lama. Kebosanan diri atau orang yang berada di depan kita bisa jadi pembunuh energi yang kuat buat kita menyerah.

Ini ngomongin apa sih? Yang jelas bukan soal viagra atau obat sejenisnya. Ini bicara soal ketahanan kita berbicara di depan forum.



Tak jarang kita dituntut untuk berbicara di depan forum, dan dijatah waktu berlimpah ruah. Karena sudah terlanjur dijatah, maka kita berusaha memutar otak membuat desain agar bisa menyesuaikannya. Pernah mengalami hal yang seperti ini?

Ada dua model kecenderungan kesulitan soal mengatur waktu sehubungan dengan ketahanan berbicara di depan forum. Hal ini berkaitan denan panjang pendeknya durasi yang tersedia. Ada orang yang cenderung suka berlama-lama, tapi ada juga yang lebih suka ngomong secara praktis nan singkat.

Kadang orang menginginkan tujuan pertemuan, misalnya dalam pelatihan atau workshop bisa tercapai dengan tuntas, sehingga ia kurang memperhatikan waktu yang tersedia. Namun ada juga yang kesulitan jika harus berpanjang-panjang. Tidak mampu mengembangkan dan serasa kehabisan kata untuk bersuara. Kamu termasuk yang mana?

Namun demikian, tuntutan waktu yang tersedia membuat kita mau tidak mau harus menyesuaikannya. Nah, persoalan yang sering terjadi adalah terlalu panjang waktu yang tersedia, sementara kita merasa bahan yang kita bawa terlalu sedikit. Tidak jauh-jauh, pengajar kadang mengalami yang seperti ini.

Hari Sabtu yang lalu (19/11) aku dan tim kampus bertugas membawakan sebuah training untuk curriculum compacting dan mendesain pembelajaran kreatif. Karena aku lebih memfokuskan diri pada pengembangan strategi belajar, maka aku kebagian memfasilitasi sesi yang kedua.

Waktku yang dibutuhkan oleh pembicara pertama ternyata lebih panjang daripada yang direncanakan. Karena itu, waktu yang tersedia buatku berkurang, dari yang semula 2,5 jam menjadi 1,5 jam. Ini tidak menjadi masalah buatku, karena aku memang butuh waktu yang lebih pendek.

Seperti yang dipercaya oleh Einstein bahwa waktupun bersifat relatif. Karena itu, berasa panjang dan membosankan atau justru berasa sekecap dan kurang, itu tergantung bagaimana fasilitator, trainer, atau pembicara mengelola forumnya.

Sebelum memasuki sesi mendesain belajar yang aku fasilitasi, aku menatap wajah-wajah peserta yang mulai lelah dan mengantuk. Wah, ini bisa jadi tantangan, karena harus membangkitkan lagi gairah peserta di waktu yang semakin sore dan di sesi terakhir. Alamak!

Tidak ada strategi khusus. Karena tidak ada strategi khusus, maka aku ikuti saja bagiamana hati berkata. Kata hati itu pula yang membuatku berefleksi seketika. Jadi, ketika berbicara di tengah peserta, aku hayati tiap langkah demi langkah. Nah, berikut ini adalah poin-poin yang aku dapatkan dari proses refleksi simultan tersebut.


1. Menyelamlah kedalam peserta

Ketika temanku masih bercuap-cuap, aku berkeliling sambil membantu para peserta untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Aku ajak mereka berbicara, dan sesekali ku sisipi dengan guyonan yang memmancing gelak tawa.

Ini adalah salah satu cara yang ku lakukan agar terjadi sinkronisasi diriku dengan peserta. Selain itu, usaha seperti ini akan meruntuhkan barier atau pembatas antara aku dan peserta. Sayangnya, cara ini tidak diterapkan oleh temanku yang beraksi sebelum aku.


2. Kita bukan sedang akan ceramah, tapi mengajak berdialog

Aku masuk dengan menanyai peserta, apakah mau bermain dulu atau belajar? Atau bermain sambil belajar? Menawari sesuatu yang sebenarnya bisa langsung kita berikan, membuat peserta menjadi merasa sejajar dengan kita. Yang kita pancing sebenarnya bukan sekedar jawaban atas pertanyaan kita, tetapi keberanian untuk aktif. Ajaklah peserta bicara, bukan memberitahu. Kita tidak sedang menggurui, tetapi mengajak belajar bersama. Cara ini bisa berdampak pada sinkronisasi juga. Ketegangan peserta turun dan kepercayaan dirinya bertambah. Kitapun juga tidak lagi merasa jumawa, seiring dengan meningginya rasa rendah hati. Ini akan lebih baik jika terus dilakukan sepanjang pertemuan.


3. Jika ada ide intermezo, misalnya guyonan, atur waktu untuk memberikannya

Guyonan itu efektif untuk mencairkan suasana. Kita cuma perlu punya amunisi guyonan, karena tidak selalu kita harus guyon, namun juga tiak selalu mengajak peserta untuk terus serius. Maksud amunisi adalah, kita akan memberikannya pada waktu-waktu yang berkala, tidak perlu diberikan semuanya. Namun ada guyonan atau intermezo tertentu yang segera boleh diberikan, jika ada kaitannya dengan materi atau substansi yang sedang kita bicarakan.

Pada waktu membahas tentang bagian pembukaan proses belajar, aku mengatakan, "Pembukaan sangat menentukan untuk proses selanjutnya. 5-10 menit di awal menentukan keberhasilan. Rebut hati murid pada awal pertemuan. Jika Anda merasa diri Anda tidak menarik, maka Anda bisa membuka dengan cara yang menarik. Pasti para murid akan bersorak. Pembukanya begini, 'Marilah kita buka pertemuan kita kali ini dengan penutupan', pasti murid-murid akan bersorak kegirangan". Kontan semua peserta ngakak.


Beberapa hal kecil tersebut mendatangkan efek yang menyenangkan di benak peserta. Di akhir pertemuan, aku mengajak mereka untuk membuat pesawat kaleng. Apa itu? Surat kaleng sebagai cara mengungkapkan kekaguman atas sesama peserta atau pembicara. Aku mendapat beberapa surat, yang salah satunya kurang lebih berbunyi, "Pak Rudi membuat sore ini menjadi berenergi. Materinya jadi mudah dimengerti dan kita jadi tidak ngantuk lagi. Serasa cuma sebentar, kurang lama".

Ini hanya sebagian hal kecil yang bisa aku refleksikan. Refleksi yang sesungguhnya sudah diterjemahkan secara spontan pada saat aku bicara di depan audience. Lho kok bisa? Iya, aku membiasakan diri untuk selalu melakukan refleksi secara spontan pada saat melakukan kegiatan. Awalnya bisa menjadikan ini sebagai teknik panduan. Selanjutnya bisa menjadikan kebiasaan berefleksi ini menjadi bagian dari diri.


Bagaimana strategimu agar Kamu tahan lama ketika berbicara di depan umum? Bagimana membuat waktu yang panjang berasa pendek buat peserta?

2 komentar :