Takita: Pagi itu adalah hari pertama Libi masuk sekolah. Nama sekolahnya, SEKOLAH SEMUT BERKAUS KAKI.
Takita: Sebenarnya Libi adalah seekor lebah yang masuk di sekolah para semut. Ini karena Libi adalah satu-satunya lebah berwarna merah, mirip semut, dan sudah diangkat menjadi keluarga semut. Seperti namanya, setiap murid tidak ada yang tidak berkaus kaki. Kaus kaki seperti pakaian wajib. Lebih dari itu, memakai kaus kaki adalah kebanggaan buat murid di sekolah semut tersebut.
Takita: Fasilitas di sekolah Libi yang baru ini sangat beraneka ragam. Ada perosotan yang puanjaaang, ada ayunan yang tidak hanya berayun depan belakang, tapi juga bisa bergoyang ke kiri dan ke kanan, ada terowongan panjang bawah tanah, dan banyak lagi. Ditambah lagi sekolahnya yang beraneka warna dengan pemandangan kolam yang indah serta permainan lampu yang bisa menampakkan hujan, matahari dan pelangi. Sebuah sekolah yang luar biasa.
Takita: Teman-teman Libi di sekolah ini juga keren-keren. Selain bajunya yang selalu bersih dan disetrika rapi, peralatan sekolah mereka juga canggih. Rautan, pinsil, ballpoint, semua serba otomatis dan menggunakan mesin. Dan yang pasti, para murid memakai kaus kaki berwarna-warni indah dan berbau harum beraneka aroma.
* * *
Takita: Suatu ketika, tibalah saat belajar di laboratorium ilmu alam. Laboratorium yang besar dan bersih. Setiap masuk, guru dan murid harus melepas sepatunya. Lantainya berkarpet dan tidak ada kotoran atau debu sedikitpun.
Takita: Di lantai duduk berderet anak-anak semut yang sibuk melepas sepatu dan segera meletakkan di rak. Ketika Libi melepas sepatu, beberapa teman yang berada di sekitarnya memperhatikan. Pandangan mereka tajam tertuju pada ujung kaki Libi yang masih terbungkus kaus kaki. Ada apa ya di kaki Libi?
Takita: Beberapa detik kemudian tawa teman-teman Libi meledak.
Suara murid-murid: “hahahahahaha”
Pilo: “Kaus kaki bolong! hahahaha”
Suara murid-murid: “hahahahahaha”
Takita: Sekali lagi Libi menatap kaus kakinya. Dia segera lari menuju rak sepatu, meletakkan dan buru-buru masuk laboratorium.
Takita: Kelas berjalan dengan suara bisik-bisik diantara teman-teman Libi.
Suara murid-murid saling berbisik: “Kaus kaki Libi bolong”
Takita: Beberapa teman-teman Libi berusaha melongokkan kepalanya untuk melihat sendiri kondisi kaus kaki Libi.
Takita: Kaki Libi sibuk saling menutupi antara yang kiri dan yang kanan. Tapi ujung-ujung jari kaki itu rupanya tak mau dihalang-halangi. Jika yang kanan menutup yang kiri, maka jari kaki kanan yang di atas, tetap saja kelihatan.
* * *
Libi melemparkan tasnya di kasur, disusul tubuhnya mendarat tajam. Ia menelungkupkan wajahnya ke bantal.
Ibu Libi: Ada apa Libi?
Takita: Seorang perempuan muncul dari balik pintu. Tahu siapa itu? Iya benar, itu ibunya Libi
Ibu Libi: Biasanya kalau baru datang, kamu cium tangan ibu, bercerita banyak hal. Ada apa?
Libi: huhuhuhuhu hiks (menangis)
Ibu Libi: Ayo cerita...!
Libi: Kapan Libi dibelikan kaus kaki baru? Huhuhuhu (masih menangis)
Jeda (waktunya setara dengan ibu menunduk. Ia tersenyum sambil mengelus kepala Libi dari belakang)
Ibu: Ibu kan sudah bilang, bulan depan ibu baru punya uang untuk beli kaus kakimu
Ibu Libi: Itu terlalu lama Bu... hukhuuu (nada protes sambil terisak)
* * *
Takita: Keesokan harinya, satu bangku di kelas Libi kosong. Siapa yang tidak hadir? Ada yang tahu? Iya, yang tidak hadir adalah Libi
Guru: Anak-anak, Libi kemana? Ada yang tahu?
Takita: Pilo mengangkat tangan
Pilo: Mungkin dia sedang mengerjakan PR nya Bu Guru
Guru: PR apa?
Dion: Menjahit lubang di ujung kaus kakinya
Murid-murid: hahahahaha
Guru: Kenapa kaus kakinya? (gusar?)
Pilo: Kaus kakinya bolong di ujungnya, Bu
Guru: Celaka! Ini aib (suara lirih, seperti teriakan yang ditahan)
Takita: Di sekolah SEMUT BERKAUSKAKI memang semua anak memakai kauskaki. Kaus kaki adalah benda penting untuk melindungi kaki anak-anak semut. Bahkan sampai ada murid yang tidak masuk sekolah gara-gara kaus kakinya kotor atau rusak. Dia baru masuk lagi setelah kaus kakinya kembali bagus, atau membeli yang baru.
Takita: Sejak saat itu, berita tentang kaus kaki Libi yang bolong menyebar ke seluruh sekolah.
Suara murid-murid saling menggosip: Anak baru itu, kaus kakinya bolong
Suara murid-murid saling menggosip: Dia satu-satunya anak ajaib, ujung jarinya berloma-lomba keluar
Suara murid-murid saling menggosip: Gimana kalau kita kasih nama si kaki bolong?
Takita: Begitulah cerita heboh tentang kaus kaki Libi yang bolong
Takita: Bahkan ada poster bertuliskan DICARI SEORANG BOCAH HILANG. CIRI-CIRINYA LIHAT DI BAWAH GAMBAR INI. Tahu gambar apa? Iya, gambar kaki yang memakai kaus kaki bolong.
Takita: Tertawa meledek terdengar di setiap ujung sekolah. Memang tidak semua, tapi sudah cukup membuat Libi, tepatnya kaus kakiya yang bolong, menjadi bintang.
Takita: Tidak semua teman Libi sama. Dapin dan Lea adalah dua teman Libi yang berusaha mencari Libi ke rumahnya.
* * *
Lea dan Dapin: Selamat siang!
Ibu Libi: Selamat siang! Libi ada di kamar. Masuk aja!
Takita: Di kamar, Libi sedang duduk serius menghadap ke mejanya. Di atas meja ada dua buah helai kaus kaki bolong yang tak pernah lepas dari padangannya sejak dua jam yang lalu.
Dapin: Libi, kamu ngapain?
Takita: Libi tetap tak menggubris
Lea: Libi...
Takita: Dapin dan Lea melongok ke meja Libi. Mereka ingin tahu apa yang sedang dilakukan Libi di mejanya, sampai-sampai ia tak mendengar mereka berdua.
Dapin: hahahahaha
Takita: Dapin tak dapat menahan tawa setelah tahu yang di depan Libi adalah dua helai kaus kaki bolong.
Lea: sssssttttt, jangan tertawa! (berbisik)
Takita: Libi memandang mereka berdua. Ia raih dua kaus kaki di meja dan meninggalkan mereka berdua. Ia terbang mengitari kamarnya dan akhirnya menjatuhkan tubuhnya, duduk di atas ranjang. Ia angkat dua kaus kakinya. Ia pandangi kaus kaki tersebut.
Takita: Dapin duduk di samping Libi, menepuk pundak Libi.
Dapin: Sudah, biar kaus kaki bolong, belajar jalan terus dong!
Lea: Iya Libi. Besok masuk sekolah yuk!
Libi: Dengan kaus kaki bolong ini? (nada protes)
Takita: Beberapa saat mereka bertiga tak bersuara. Entah apa yang mereka pikirkan.
Dapin: Benar itu Libi... (memecah kesunyian)
Lea: Meskipun kaki kita berbeda, apa kamu mau menggunakan kaus kakiku?
Libi: Biarpun aku pakai kaus kaki baru, tetap saja mereka akan mengolokku
Dapin: Betul Lea. Bukankah di sekolah sudah ada julukan Si Kaus Kaki Bolong? Hahahahaha
Lea: Hush!
Takita: Kembali ketiganya diam. Kali ini lebih lama
Lea: Aku ada ide! (memekik diikuti bunyi cling! *ada ide*)
Takita: Dapin dan Libi menoleh dan menunggu ide Lea dengan antusias.
Lea: Saatnya kita mempromosikan kaus kaki bolong
Dapin dan Libi: Maksud kamu? (hampir bersamaan)
Takita: Tanpa bicara, Lea segera mencopot kaus kakinya.
Lea: Kamu punya gunting?
Takita: Libi menunjuk meja belajarnya. Lea mengambil gunting yang tergeletak di situ. Ia memotong ujung kaus kakinya.
Dapin: Apa yang kamu lakukan, Lea?! (memekik)
Libi: Iya Lea.. aku saja mendambakan kaus kaki yang indah seperti itu. Kenapa kamu malah merusaknya?
Lea: Ini tidak rusak Libi. Ini justru indah. Malah lebih indah
Takita: Dapin dan Libi menggeleng tak mengerti
Lea: Mulai hari ini, aku akan mendukung Libi untuk mempromosikan kaus kaki bolong
Dapin: Ini ide gila!
Lea: Apa keuntungannya kalau kaus kaki kita bolong?
Dapin: Kaki kita jadi dingin, tidak gerah
Lea: Apa lagi?
Libi: Ujung jari kita masih bisa untuk menjepit kalau kita bermain di atas pohon, atau ketika kita memakai sendal jepit
Lea: Bagus! Ayo kalian berdua buat posternya!
Libi dan Dapin: Siap!
* * *
Takita: Ini hari pertama Libi masuk sekolah lagi, setelah seminggu tidak masuk. Kali ini dia berangkat sekolah dengan semangat bersama Lea dan Dapin. Ia terbang mengelilingi Lea dan Dapin yang hanya bisa jalan. Kenapa kok Libi bisa terbang, sedangkan Lea dan Dapin tidak bisa? Iya, karena Lea dan Dapin adalah semut merah, sedangkan Libi seekor lebah.
Takita: Tawa mereka bertiga merekah, diselingi lagu berjudul KAUS KAKI BOLONG.
Kaus kaki bolong
Kaus kaki paling keren
Kaus kaki bolong
Hanya untuk yang beken
Takita: Begitulah lagu yang mereka ciptakan untuk mempromosikan kaus kaki bolong. Sepanjang jalan mereka bertiga menghafalkan lirik lagunya. Meskipun susah menghafal, tapi Dapin tetap bersemangat mengikuti lagu yang dinyanyikan Libi dan Lea.
Takita: Di sekolah, Libi, Lea dan Dapin segera menempel poster-poster yang bergambar kaus kaki bolong. Di poster itu juga ditulisi lirik lagu yang mereka dendangkan dimana-mana. Mereka bertiga juga tidak malu menunjukkan kaus kaki mereka yang bolong. Selain itu, Dapin juga bersemangat menyebarkan selebaran-selebaran tentang ‘kaus kaki bolong’. Beberapa orang yang merasa kampanye mereka seru, ikut mempromosikan. Yang lain juga tidak ingin ketinggalan.
Takita: Promosi kaus kaki bolong ini terus berlangsung. Setiap hari selalu bertambah murid yang memakai kaus kaki bolong. Dimana-mana murid atau bahkan guru yang sebelumnya menentang, jadi ikut menyanyikan lagu ‘kaus kaki bolong’.
* * *
Takita: Sudah berganti bulan. Ini saat yang telah dijanjikan oleh ibu. Ibu janji apa kepada Libi? Iya, Libi mendapatkan sebuah bingkisan yang dibungkus kotak cantik.
Ibu Libi: Libi, ini kaus kaki yang ibu janjikan dulu. Ini baru ibu berikan bulan ini, karena ibu baru punya uang bulan ini. Tidak hanya itu, ini juga bertepatan dengan hari ulang tahun Libi. Jadi ini sekaligus hadiah ulang tahun buat Libi
Libi: Terimakasih Bu
Takita: Libi senang. Ia Libi mencium pipi ibu dan memeluknya.
Libi: Libi sudah tidak mau merepotkan ibu. Libi tidak mau lagi menuntut ibu membelikan kaus kaki baru buat Libi
Ibu Libi: Ini kejutan buat Libi. Coba Libi buka hadianya
Takita: Perlahan Libi menyobek kertas pembungkus hadiah. Matanya berbinar ketika melihat hadiahnya. Sepasang kaus kaki bolong baru.
ayo direkammmmm...
BalasHapusmohon komentarnya untuk dongeng saya di http://www.honeylizious.com/p/podcastlizious.html