Sumber Gambar: meaninglessguy.wordpress.com |
Suatu pagi, di sebuah kantor, meluncurlah surat tugas yang dilayangkan ke masing-masing pekerja. Karena pekerja yang bersangkutan tidak sedang di tempat, maka beberapa surat tugas langsung diletakkan di mejanya.
Tiga orang pekerja baru masuk ke ruangnya, yaitu Dion, Doni dan Dino. Mereka bertiga hampir bersamaan menyambar surat tugas yang teronggok di mejanya. Yang menarik, komentar mereka bertiga berbeda-beda.
Dion: Ini tugas negara yang harus dijunjung tinggi. Sebagai warga negara yang baik, saya siap melaksanakan perintah.
Doni: Hem, seperti biasa, aku akan melaksanakan tugas ini dengan sebaik-baiknya.
Dino: Gue tahu maksud tugas ini. Jadi gue bisa ngelakuin dengan cara gue sendiri.
Ketiga komentar itu meluncur dari mulut tiga pekerja yang sama-sama menunjukkan kinerjanya. Namun ada tiga karakterisitk pernyataan yang berbeda. Dion meletakkan dirinya yang tertinggi pada sesuatu yang disebut negara, atas nama pengabdian. Sementara Doni menjalankan perintah secara dialogis, tarik menarik antara job description dan kebutuhan dirinya atas pekerjaan. Beda lagi dengan Dino. Ia meletakkan tugas itu langsung masuk ke dalam dirinya. Ia memperlakukan tugas sebagai miliknya yang bisa diotak-atik.
Tentu ini adalah tiga karakteristik yang umum dari pekerja. Mungkin Kamu menemuinya di lingkungan kerjamu. Atau barangkali saja Kamu masuk salah satu diantaranya.
Ketiga karakteristik tersebut sama-sama memungkinkan menghasilkan kinerja yang baik, loyalitas yang tinggi atau bisa jadi rasa bahagia dalam menjalankannya. Yang membedakan adalah dimana ketiganya meletakkan dasar untuk sebuah kinerja yang baik, loyalitas yang tinggi dan kebahagiaan dalam melakukan.
Dion meletakkan ketiga hal tersebut pada sesuatu yang di luar dirinya. Atau bisa dibilang, ia memindahkan dirinya ke negara. Apapun keputusan yang diambil, pertimbangan dan arahnya dicurahkan untuk kepentingan negara. Melayani negara mendatangkan kebahagiaan bagi diri. Pada tingkat tertentu, orang seperti Dion tidak hanya mencapai tujuan untuk negara, tetapi juga melakukan prosedur kerja sesuai yang diinginkan negara.
Doni hidup dengan jalan tawar menawar. Seperti halnya jual beli, ada titik temu antara permintaan dan penawaran. Pertemuan itu akan membuahkan deal harga uang yang harus dibayar dengan barang yang diterima. Kesesuaian keduanya juga terjadi saat Doni menjalankan tugas. Tipe Doni adalah yang paling berbeda dari dua tipe yang lain. Doni lebih susah ditebak tentang kebahagiaannya dalam menjalankan tugas. Doni juga lebih labil dalam menanggapi tugas. Ada kalanya ia merasa ogah, karena transaksinya tidak dimenangkan oleh dia, tetapi tetap harus deal. Tugas yang diberikan kepadanya harus dilakukan, tidak bisa ditolak atau ditiadakan, sedangkan dirinya merasa tidak membutuhkan itu.
Yang ketiga adalah Dino. Ini tipe yang paling personal. Ia meletakkan dasar pelaksanaan tugas pada dirinya sendiri secara utuh. Tugas dijalankan sesuai dengan iramanya, sesuai dengan cara dan gayanya. Meskipun masih mungkin labil dalam menjiwai pekerjaan, tetapi tipe Dino bisa melakukan penyesuaian. Bedanya dengan tipe Dion adalah pada pengendalinya. Dion lebih kuat dikendalikan hal di luar dirinya, yaitu negara. Sementara Doni lebih dikendalikan dirinya sendiri. Karena dikendalikan diri sendiri, maka Dino lebih fleksibel jika dibandingkan dengan Dion.
Jika dikaitkan dengan diri sebagai pusat, maka bisa dibilang, Dion bertipe pekerja atau pengabdi. Sementara itu Doni bertipe pedagang. Dan yang terakhir Dino lebih menyerupai seniman.
Nah, kalau Kamu termasuk tipe yang mana? Bisakah Kamu mulai mengamati rekan kerjamu dan menggolongkan mereka?
baru kemarin hari saya mmikirkan tentang gaya service, setelah membaca artikel ini, saya kok menganggap ekonomi praktis (pekerjaan sehari2) itu banyak psikologinya juga baik orang maupun alat - alatnya... #GJ
BalasHapushahehahehahe
pak Rudi Te Oo Pe deh... ini lo fans nya b^___^d (kali 499998999 jempol)