Hari Senin, kuliah jam pertama. Sebuah tantangan di hari pertama kerja. Mudah-mudahan tidak menjadi sindrom hari Senin yang negatif. Bukan soal Seninnya, tapi lebih kepada kesempatan di hari pertama untuk menyiapkan kuliah.
Sabtu dan Minggu di hari sebelumnya, aku memfasilitasi Workshop Mendidik Melalui Cerita serial Jakarta. Datang dengan tiket pesawat kebakaran dan pesawat yang delay, menyumbang pada waktu yang padat untuk semua aktivitas di hari itu.
Pulang pun sampai di rumah Minggu malam jam 11. Setelah beres-beres dan bersih diri, waktu bergeser hingga jelang dini hari. Hanya sedikit waktu untuk bikin perkuliahan hari ini.
Baru baca beberapa lembar buku, mata sudah berat, bertambah layu. Sesekali kepala manggut-manggut dan nyungsep di bantal. Hasilnya, pagi menjelang tanpa apapun sempat ku rancang.
Anehnya, perasaan ini tak sedikitpun gundah, apalagi galau. Emang sudah biasa sih mengalami perkuliahan dengan persiapan yang mepet. Proses pembelajaranpun tak jarang dirancang di angan sepanjang perjalanan. Tapi hari ini beda, tak ada keinginan mempersiapkan. Hatipun terasa damai, tentram, aman sentausa.
Sampai di kampus pukul 07.25. Lima menit lagi jam kuliah akan dimulai. Hanya sepanjang waktu itulah aku harus menyiapkan diri. Kenapa menyiapkan diri? Karena diri adalah instrumen utama, tempat keberhasilan berpusat.
Aku buat kejutan untuk mahasiswa.
Masuk kelas dengan sedikit berbasa-basi dan membahas tugas-tugas yang telah diberikan. Sekarang saatnya memberikan kejutan.
Hari ini semua mahasiswa akan menjadi seorang ilmuwan yang akan menyelidiki kehidupan percintaan Wilhelm Wundt (tokoh psikologi strukturalisme). Mereka akan mendatangi seorang paranormal untuk memanggil arwah Wundt. Datanglah arwah Wundt.
Sayangnya, bahasa yang digunakan oleh Wundt hanya mampu diterjemahkan oleh paranormal. Dan si paranormal tak sempat menerjemahkan jawaban yang telah ia catat. Misi ini dikerjakan secara berkelompok.
Sekarang tugas para ilmuwan untuk memecahkan sandi rahasia dari hasil wawancara dengan Wundt. Beberapa pertanyaan diberikan seputaran kehidupan percintaan Wundt. Mulai dari wanita idaman, selera keluarga dan restu yang diberikan, apakah dia suka cewek Inggris atau Jerman, partner dalam mencari cewek, sampai warisan yang akan diberikan jika ditinggalkan.
Pertanyaan diberikan satu persatu. Setiap pertanyaan ditayang di slide dan ada jawaban di bawahnya. Tentu saja jawabannya berupa sandi-sandi yang tidak jelas. Ini hanya berbagai symbol yang diketik sembarang. Tiap satu slide di tayangkan, kelompok berdiskusi untuk memecahkan sandi.
Setiap pertanyaan ternyata membawa mereka untuk meneliti karakter Wundt, latar belakang keluarga, kehidupan pada waktu itu, warisan ilmiah dan segala hal yang biasa disebut anteseden (latar belakang), zeit geist (semangat jaman), pandangan dan warisan ilmiah.
Hasil kerja kelomok dipresentasikan. Jawabannya bervariasi. Ini tidak teralu penting asal ada alasannya dan bisa terkait dengan kondisi nyata Wundt.
Kuliah ditutup dengan merangkum semua jawaban dan meletakkan penjelasan dalam konteks cerita sejaran Psikologi Sebagai Ilmu Modern dan Wundt sebagai aktornya.
Sumber gambar: aisar.wordpress.com
Sumber gambar: aisar.wordpress.com
Tidak ada komentar :
Posting Komentar